Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masuk Fase Jenuh Beli, Harga Minyak Global Mendingin

Sejumlah pelaku pasar masih optimistis terhadap prospek harga minyak tahun ini, seperti karena pasokan negara non-OPEC yang diramal tinggi.
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia memperpanjang penurunan pertamanya dalam enam sesi seiring dengan indikator teknis yang menunjukkan reli baru-baru ini mungkin sudah terlalu jauh.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (7/1/2025), harga minyak jenis Brent turun 0,3% ke level US$76,08 per barel. per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,4% ke level US$73,30 per barel. 

Harga minyak berjangka membalikkan kenaikan pada perdagangan Senin setelah indeks kekuatan relatif sembilan hari menunjukkan harga berada pada level jenuh beli, sedangkan pola pergerakan bearish terlihat dalam spread harga WTI.

Harga minyak mentah kemungkinan akan kesulitan untuk mempertahankan kenaikan setelah minggu lalu menembus kisaran sempit yang telah diperdagangkan sejak pertengahan Oktober 2024. Hal tersebut seiring dengan ekspektasi akan kelebihan pasokan, kemungkinan kebangkitan produksi OPEC+ yang terhenti, dan permintaan yang lesu dari importir utama China membebani optimisme pasar. 

Sementara itu, sejumlah pelaku pasar masih optimistis terkait harga minyak pada awal tahun. Analis termasuk Bank of America Corp. telah menegaskan kembali peringatan bahwa pasokan baru dari negara-negara non-OPEC akan melampaui pertumbuhan konsumsi global.

Mukesh Sahdev, kepala pasar komoditas minyak di Rystad Energy A/S menuturkan, harga minyak mungkin akan bertahan di sekitar level saat ini, kurang lebih dua dolar AS. 

"Tidak akan ada pergerakan harga yang besar sampai Trump menjabat akhir bulan ini," katanya.

Produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC turun 120.000 barel per hari menjadi 27,05 juta per hari pada bulan Desember, dengan Uni Emirat Arab menyumbang sebagian besar penurunan, menurut survei Bloomberg. Keuntungan moderat di Libya dan Nigeria diimbangi oleh penurunan serupa di Iran dan Kuwait.

Di pasar yang lebih luas, dolar memangkas penurunan tajam terhadap sebagian besar mata uang utama setelah Presiden terpilih AS Donald Trump membantah laporan Washington Post bahwa ia akan membatasi rencananya untuk tarif. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas yang dihargakan dalam mata uang tersebut lebih menarik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper