Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$300 juta untuk pengembangan proyek strategis pada tahun ini.
Manager Corporate Communication & Stakeholder Management PGE Muhammad Taufik mengatakan alokasi belanja modal itu diarahkan untuk mendukung program pengembangan dan proyek strategis perseroan.
“Pada 2025, PGE telah menyiapkan belanja modal dengan alokasi sekitar US$300 juta untuk mendukung berbagai program pengembangan dan proyek strategis,” kata Ahmad saat dihubungi, Minggu (5/1/2025).
Baca Juga : Aksi BlackRock CS di Emiten Top ESG Indonesia, Lepas Ratusan Juta Saham di Pertamina Geothermal (PGEO) |
---|
Ahmad menuturkan perseroan sedang mengejar peningkatan kapasitas 1 gigawatt (GW) pada tahun ini. Belakangan, kata dia, PGEO telah mencapai tahapan penting untuk proyek EPCC PLTP Lumut Balai Unit 2, di mana turbin dan generator serta peralatan utama lainnya telah tiba di lokasi atau on base.
Selain itu, dia menambahkan, percepatan proses steam blowing dari jalur Fluid Collection and Reinjection System (FCRS) di Cluster A menuju rock muffler telah dilakukan untuk memastikan ketersediaan uap.
“Hal ini merupakan langkah penting yang akan menambah kapasitas listrik sekitar 55 megawatt (MW) dalam waktu dekat,” tuturnya.
Sebelumnya, PGEO telah mengunci komitmen pendanaan sekitar US$265 juta atau setara dengan Rp4,11 triliun (asumsi kurs Rp15.520 per dolar AS) untuk akselerasi peningkatan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) hingga 1 gigawatt (GW) sejak akhir 2023.
Program 1 GW itu berkaitan dengan identifikasi PGE soal potensi tambahan kapasitas 340 megawatt (MW) daya setrum potensial yang bisa dikembangkan untuk diutilisasi ke dalam kapasitas terpasang saat ini 672 MW.
Beberapa potensi tambahan daya itu berasal dari lapangan panas bumi milik PGEO, di antaranya Lumut Balai (40 MW), Lumut Balai Unit 2 (55 MW) Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), Hululais Binary Unit (60 MW), Ulubelu (40 MW), Lahendong (35 MW).
Sebagian besar pendanaan untuk utilisasi panas bumi Lumut Balai Unit 2 berasal dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA). Badan bantuan pembangunan luar negeri Jepang itu memberikan pinjaman sebesar 26.966 yen atau US$188.618 (sekitar Rp2,83 triliun) untuk proyek tersebut.
Sementara investasi untuk Hulu Lais dan cogeneration sebesar 175 MW menggunakan IPO proceed dan kas internal dari perusahaan. Total investasi untuk program peningkatan kapasitas 340 MW itu mencapai sekitaran US$800 juta setara dengan Rp12,41 triliun.
Saat ini, PGEO memiliki total kapasitas sebesar 1.887 megawatt dari 13 wilayah kerja panas bumi dengan rincian 672 megawatt dari operasional sendiri dan 1.205 megawaat dari kontrak dengan klien.
Direktur Utama PGEO Julfi Hadi mengatakan, perseroan menargetkan kapasitas terpasang milik sendiri sebesar 1 GW dalam pada tahun ini.
Bahkan dalam 5 tahun, kapasitas terpasang PGEO digadang-gadang dapat mencapai 1,2 GW. Target tersebut diprediksi memakan investasi hingga US$900 juta yang rencananya akan dibiayai melalui sisa dana initial public offering (IPO), fasilitas kredit, kas internal, serta penerbitan obligasi.
“Kendala kita di panas bumi itu adalah komersial jadi kita akan buat produk sekunder, seperti hidrogen, metanol untuk jalan menuju FID [final investment decision], produk itu akan support dari sisi komersial proyek,” kata Julfi saat ditemui di Tangerang, Kamis (13/7/2023).