Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI: Tarif PPN 12% dan Kurs Rupiah Tak Signifikan Tekan IHSG

BEI memandang pelemahan rupiah dan tarif PPN 12% belum signifikan menekan IHSG.
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). / JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). / JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan belum mengkhawatirkan dampak dari rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia Verdi Ikhwan mengatakan apabila rencana kenaikan PPN terlaksana, maka BEI akan menghitung bagaimana dampaknya ke investor. Jika berkaca dengan kenaikan PPN menjadi 11% sebelumnya, menurutnya hal tersebut sejauh ini tidak berdampak besar terhadap perdagangan.

"Kami berharap ini [kenaikan PPN] tidak akan berdampak signifikan sehingga bisa menurunkan transaksi," kata Verdi, Kamis (19/12/2024).

Sementara itu, dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang telah menembus level Rp16.312 per Kamis (19/12/2024), menurut Verdi juga tidak akan secara signifikan menekan transaksi di Bursa. Hal tersebut tercermin dari grafik tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau rupiah bertahan Rp16.000, susah juga menjawabnya. Ini tergantung Fed dan Trump juga yang tidak begitu menyukai suku bunga tinggi, tetapi dia tidak bisa melakukan intervensi," ucapnya.

Adapun di sisi lain, Verdi tak menampik jika suku bunga tinggi secara teori akan menyebabkan transaksi saham berkurang. Meski demikian, dia masih tetap optimistis dengan fundamental emiten di pasar modal Indonesia yang menurutnya masih cukup menarik.

Salah satunya tercermin dari kinerja laporan keuangan emiten yang masih mencetak pertumbuhan.

Di sisi lain, untuk 2025 Verdi menuturkan secara sektor, sektor pangan, transportasi, dan logistik dapat terdorong kinerjanya akibat program makan bergizi.

Selain itu, dengan visi Presiden Prabowo Subianto terhadap ketahanan pangan dan energi, maka kinerja kedua sektor tersebut bisa terdorong pada 2025.

"Lalu program 3 juta rumah, itu kan turunannya banyak ya di sektor properti misalnya, di semen, dan lain-lain. Itu mungkin sangat menarik di tahun 2025," tuturnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper