Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga dana perwalian (trust fund) dari Asian Development Bank (ADB), Credit Guarantee and Investment Facility atau CGIF optimistis dapat memperluas pasar penjaminan obligasinya di Indonesia. Lembaga tersebut menargetkan nilai penjaminan obligasi perusahaan Indonesia akan menjadi yang terbesar pada portofolionya pada 2026 mendatang.
Vice President Operations CGIF, Anuj Awasthi memaparkan, hingga saat ini Indonesia berada di urutan keempat pada nilai portofolio penjaminan obligasi CGIF. Awasthi menuturkan, posisi Indonesia berada di belakang Vietnam, Thailand, dan Singapura yang pasar obligasinya sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Indonesia.
"Singapura mendapat banyak perhatian karena menjadi pusat terjadinya banyak penerbitan lintas batas, Indonesia berada sedikit di bawahnya (Singapura), Thailand, dan Vietnam. Saya kira saat ini Indonesia berada di urutan keempat terbesar pada portofolio kami," jelas Awasthi dalam CGIF Appreciation Night di Jakarta, dikutip Rabu (4/12/2024).
Mengutip laman resminya, nilai penjaminan obligasi Indonesia dalam portofolio CGIF tercatat sebesar US$458 juta. Jumlah tersebut berada di belakang Vietnam dengan nilai US$736 juta, Thailand (US$641 juta), dan Singapura (US$639 juta).
Awasthi menyebut, meski tingkat perkembangannya belum sebesar negara-negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia, potensi pasar obligasi Indonesia ke depannya masih sangat besar. CGIF pun berniat untuk memaksimalkan potensi tersebut untuk memperluas pangsa pasar penjaminannya di Indonesia.
Dia mengatakan, hingga akhir 2024 CGIF menargetkan penjaminan penerbitan empat obligasi. Ke depannya, Awasthi menargetkan penjaminan sekitar enam hingga tujuh penerbitan surat utang yang dapat meningkatkan pangsa pasarnya di Indonesia.
Baca Juga
"Dengan melihat susunan pipeline kami, pada pertengahan 2026, Indonesia akan menjadi nomor satu dalam portofolio kami. CGIF melihat banyak perdagangan yang masuk dari banyak perusahaan lain," kata Awasthi.
Awasthi melanjutkan, dengan jumlah populasi yang cukup besar, CGIF menilai Indonesia memiliki banyak dana yang dikumpulkan, mulai dari dana pensiun, perusahaan reksa dana, hingga sektor perbankan. Menurutnya, gairah sektor-sektor tersebut dalam mencari peluang baru untuk berinvestasi melalui surat utang juga besar.
Faktor lain yang akan mendukung potensi pasar obligasi Indonesia adalah kondisi perekonomian yang cenderung Stabil. Awasthi memaparkan, saat ini banyak perusahaan yang mulai enggan menerbitkan obligasi denominasi dolar AS karena biayanya yang cenderung mahal.
Pada saat yang sama, kondisi perekonomian Indonesia yang cenderung stabil membuat biaya penerbitan obligasi lebih rendah. Hal tersebut terlihat dari kenaikan suku bunga acuan Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Dampak positif tersebut, lanjutnya, akan turut dirasakan oleh CGIF.
"Sehingga, CGIF berada dalam situasi di mana banyak perusahaan yang bergantung pada pembiayaan luar negeri dan mengimpor risiko mata uang ke dalam perekonomian, kini semakin nyaman berdiskusi dengan entitas seperti kami, yang dapat menciptakan pembiayaan dan memberikan pinjaman secara kompetitif," kata Awasthi.
Awasthi melanjutkan, CGIF juga akan terus memperkuat kemitraannya dengan Indonesia. Hal tersebut salah satunya dilakukan melalui pemberian dukungan penjaminan kredit bagi perusahaan sektor swasta, BUMN, dan lembaga keuangan agar dapat mendiversifikasi sumber pendanaan dan mengatasi keterbatasan peringkat.
Selain itu, CGIF akan terus memfasilitasi akses ke basis investor yang lebih luas melalui penawaran publik dan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
CGIF juga berkomitmen mendukung keuangan berkelanjutan, melalui penerbitan Sukuk dan obligasi tematik, termasuk Obligasi Hijau, Sosial, Keberlanjutan, dan Iklim untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.
Sebagai informasi, CGIF merupakan pengelola dana amanah (trust fund) ADB, yang didirikan oleh pemerintah Negara Asean dan tiga negara lainnya yakni China, Jepang dan Korea atau yang disebut Asean+3 Governments.
CGIF dibentuk dengan tujuan utama untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan pasar modal berbasis mata uang lokal di kawasan Asean+3. Lewat penyediaan layanan jaminan yang bertujuan mengantisipasi risiko kredit, CGIF hendak mendorong peningkatan partisipasi investor dan memfasilitasi penerbitan obligasi dengan kualitas lebih baik.
Dengan demikian, upaya ini diharapkan bisa memperdalam dan mendiversifikasi pasar modal di Kawasan ASEAN+3, mengantisipasi terjadinya pemanfaatan kredit yang tidak sesuai bagi perusahaan, serta merangsang pertumbuhan dan pengembangan ekonomi.