Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja reksa dana saham anjlok bersama penurunan IHSG dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data Infovesta pada periode 22 - 29 November 2024, indeks reksa dana saham yang tercermin lewat Infovesta Equity Fund Index amblas 0,50% menjadi 5.802,16. Sejak awal tahun (year-to-date/ytd), indeks reksa dana saham memberikan imbal hasil -9,25%.
Pada saat bersamaan, IHSG mengalami koreksi yang lebih dalam lagi sebesar 1,13% secara mingguan menjadi 7.114,27 dan ytd turun 1,13%.
Sedikit lebih baik, indeks reksa dana campuran atau Infovesta Balanced Fund Index turun 0,25%.
Selanjutnya indeks reksa dana pendapatan tetap atau Infovesta Balanced Fund Index naik 0,12%. Indeks acuannya yaitu Infovesta Government Bond Indeks naik 0,17% dan Infovesta Corporate Bond Index naik 0,03%.
Terakhir, indeks reksa dana pasar uang atau Infovesta Money Market Fund Index naik 0,09%.
Baca Juga
Tim Riset Infovesta menjelaskan penurunan kinerja reksa dana seiring dengan gerak bearish IHSG dalam sepekan terakhir yang ditekan pelemahan saham big caps.
"Kemudian, investor asing masih melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp3,90 triliun dalam sepekan," tulis Tim Riset Infovesta dalam riset mingguan, Senin (2/12/2024).
Adapun, saham yang banyak dikoleksi oleh manajer investasi mencatatkan penurunan dalam. Misalnya saham ADRO yang anjlok 44,53%, saham AMMN yang turun 5,51%, dan saham BBRI melemah 3,41%.
Dilihat dari sentimen domestik, pelaksanaan Pilkada 2024 terlaksasna dengan aman. Rencana Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan UMP tahun 2025 naik 6,5% juga menambah optimisme demi peningkatan kesejahteraan buruh.
"Apalagi upah minimum ini menjadi jaring pengaman sosial yang sangat penting utnuk pekerja di bawah 12 bulan dengan pertimbangan kebutuhan hidup layak," tulis Infovesta.
Dari sisi global, Bank Sentral China (PBoC) menyuntikkan dana sebesar 900 miliar yuan ke lembaga keuangan melalui fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun pada 25 November 2024.
PBoC juga menetapkan suku bunga tidak berubah sebesar 2,0%. Memang dalam beberapa bulan terakhir ini, PBoC menggunakan instrumen likuiditas lain untuk menambah likuiditas ke dalam sistem keuangan, termasuk melakukan reverse repo langsung dan pembelian obligasi pemerintah.
Sedangkan dari AS, terdapat rilis data produksi pesanan barang tahan lama yang naik sebesar 0,2% secara bulanan. Peralatan transportasi memimpin peningkatan sebesar U$0,4 miliar atau 0,5% menjadi U$97,1 miliar.
Dibandingkan dengan pasar saham, pasar obligasi dalam sepekan ini mengalami penguatan. Yield Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun turun menjadi 6,87% dan yield Treasury AS turun menjadi 4,18% dalam sepekan terakhir.
"Dalam sepekan kedepan, pada pasar saham, tekanan diprediksi mereda secara lebih terbatas, investor dapat melakukan aksi buy pada saham big caps dengan valuasi undervalued," tulis Infovesta.
Untuk di pasar obligasi, investor disarankan untuk mengkoleksi seri SUN mengingat harga sedang murah. Infovesta menambahkan, investor bisa menerapkan strategi barbel dengan menyeimbangkan bobot antara porsi tenor jangka pendek dan jangka panjang.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.