Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,77% ke level 7.195,56 pada perdagangan Kamis (22/11/2024).
Berdasarkan data RTI Infokom pada Jumat (22/11/2024), IHSG menguat 0,77% menjadi 7.195,56 pada akhir perdagangan. Sebanyak 279 saham menguat, 268 saham melemah, dan 242 saham stagnan hari ini.
Apresiasi indeks komposit kali ini ditopang penguatan harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Di sepanjang hari perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 7.154 sampai dengan 7.215. Kapitalisasi pasar indeks komposit ditutup di level Rp12.086 triliun.
Sesaat setelah penutupan, saham BRIS menguat 9,67% ke level Rp2.950 per lembar. BRIS menghimpun transaksi dengan nilai mencapai Rp159,2 miliar yang melibatkan 55,31 juta lembar saham.
Sementara itu, saham UNVR dan BREN masing-masing mencatatkan penguatan 3,16% dan 2,29%. UNVR ditutup di harga Rp1.795 per lembar dan BREN di level Rp6.700 per lembar.
Baca Juga
Di sisi lain, PT Timah Tbk. (TINS), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) hingga PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjadi faktor pemberat indeks komposit kali ini.
TINS terkoreksi 6,95% ke level Rp1.205 per lembar saat penutupan perdagangan. TINS menghimpun transaksi dengan nilai mencapai Rp62,76 miliar yang melibatkan 50,47 juta lembar saham.
Sementara itu MAPI dan RAJA masing-masing mencatatkan pelemahan harga saham 3,23% dan 2,88%. MAPI ditutup di harga Rp1.500 per lembar dan RAJA ditutup di harga Rp2.360 per lembar.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan pasar fokus menilai prospek suku bunga The Fed dan mencermati pernyataan Fed. Sebagian besar pelaku pasar masih mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Desember.
Sebelumnya, Presiden Fed Boston Susan Collins mengungkapkan pemotongan suku bunga tambahan diperlukan, tetapi menambahkan bahwa pembuat kebijakan tidak boleh bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahan suku bunga BI Rate di 6%.
BI mengungkapkan keputusan ini sebagai upaya untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat (AS).
Keputusan ini juga menurut BI konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% lebih kurang 1% pada 2024 dan 2025.
Pasar menilai kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI merupakan sebuah mitigasi dari volatilitas nilai tukar rupiah, sehingga ini diharapkan menahan terjadinya aliran modal asing capital outflow dari pasar keuangan dalam negeri.