Bisnis.com, JAKARTA – Seiring dengan tren bullish kripto pasca kemenangan Donald Trump, ruang pertumbuhan investor kripto di Indonesia masih sangat terbuka.
Dunia Web 3.0 atau lebih dikenal Web3 terus mengalami perkembangan pesat, baik dari sisi pengguna hingga teknologinya. Data terbaru yang dipublikasikan oleh DappRadar, hingga kuartal II/2024 kemarin jumlah wallet aktif harian naik 40% dari kuartal pertama dengan terdapat sekitar 10 juta wallet yang aktif.
Di dalam negeri, perkembangan industri kripto sudah terlihat dari tingginya jumlah investor yang menggambarkan minat pada investasi aset kripto. Data Badan Pengawas Berjangka Perdagangan Komoditi (Bappebti) menunjukkan, investor kripto dalam negeri hingga September 2024 tembus lebih dari 21 juta investor.
Pertumbuhan investor kripto tidak lepas dari dominasi generasi muda yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia generasi milenial dan z mencapai 56% dari total populasi atau sekitar 115 juta jiwa.
Head of Strategy & Business Pintu Jonathan Hartono mengungkapkan ruang tumbuhnya industri kripto dan Web3 masih sangat besar, investor kripto meski jumlahnya terus naik, baru mencapai 7,75% dari jumlah total populasi masyarakat Indonesia.
"Meski begitu, kita patut berbangga dengan kolaborasi aktif yang dilakukan banyak pihak dari regulator, pelaku usaha, asosiasi, dan komunitas untuk bersama-sama menginisiasi kemajuan industri ini," ungkapnya, Rabu (13/11/2024).
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah telah membuat regulasi yang ramah untuk mendorong minat pada investasi aset kripto di antaranya, mengakui perdagangan aset kripto, membuat aturan kerangka yang jelas, pajak yang bersahabat dibandingkan dengan negara-negara lain, hingga hadirnya lembaga Self-Regulatory Organizations (SRO) yang membantu mengawasi perdagangan dan mendorong inovasi.
"Seluruh faktor ini diharapkan dapat terus mendorong kemajuan industri kripto dan menumbuhkan minat pada investasi dan adopsi kripto,” terangnya.
Dia menilai dari sisi fundamental, inovasi Web3 sangat potensial dan dapat memberikan dampak positif langsung kepada masyarakat untuk bisa meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
"Salah satu contoh kasus penerapan Web3 yang cocok di Indonesia adalah aksesibilitas gratis jaringan internet untuk daerah yang belum 100% ter-cover internet. Contoh kasus ini sudah diterapkan di salah satu negara di Amerika Tengah melalui pemanfaatan teknologi Decentralized Physical Infrastructure Network (DePIN) yang mampu memberikan infrastruktur fisik yang berdampak pada dunia nyata,” tuturnya.
Dilansir dari Pintu Academy, DePIN adalah konsep yang menggunakan imbalan token untuk mendorong pembangunan dan pengembangan infrastruktur fisik di dunia nyata. Contoh infrastruktur fisik adalah jaringan nirkabel, layanan cloud, jaringan mobilitas, dan jaringan listrik yang sebagian besar telah didominasi oleh perusahaan besar karena membutuhkan modal besar.
Fitur utama DePIN adalah pergeseran dari model tradisional terpusat menjadi model yang terdesentralisasi yang melibatkan partisipasi pengguna untuk mengatasi ketergantungan pada entitas besar dan menerapkan model ‘sharing economy’.
“Saya optimistis inovasi ini bisa juga diterapkan di Indonesia sehingga dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan dan berpotensi meningkatkan adopsi pada crypto dan Web3 semakin tinggi. Sebelum itu tentunya edukasi harus tetap digalakkan serta diimbangi dengan regulasi yang ramah terhadap industri ini yang menjadi pendukung utama bagi kemajuan industri crypto di Indonesia,” ungkapnya.