Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN angkat bicara soal pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Rencanannya, perusahaan setrum pelat merah itu bakal dikonsolidasikan ke dalam Danantara, bersama dengan 6 badan usaha milik negara (BUMN) lainnya.
“Sampai dengan saat ini, belum terdapat komunikasi resmi yang ditujukan kepada perseroan terkait pembentukan BP Danantara,” kata Sekretaris Perusahaan PLN Alois Wisnuhardana lewat keterbukaan informasi, Senin (11/11/2024).
Alois menerangkan perseroannya bakal mengikuti kebijakan pemerintah selaku pemegang saham pengendali perseroan.
Di sisi lain, dia menuturkan, kinerja operasi dan bisnis perseroan tetap berjalan seperti biasannya sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan serta Rencana Jangka Pendek Perusahaan.
“Perseroan akan tetap fokus dalam mengesekusi rencana dan target bisnis yang telah ditetapkan,” kata Alois.
Baca Juga
Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis pekan lalu, Danantara secara bertahap disiapkan oleh pemerintah sebagai cikal bakal superholding yang mengonsolidasikan BUMN dengan aset jumbo.
Pada tahap awal, dana kelolaan atau asset under management (AUM) Danantara akan mencapai US$10,8 miliar yang berasal dari Indonesia Investment Authority (INA). Langkah selanjutnya, sebanyak tujuh BUMN bakal dikonsolidasikan ke dalam Danantara.
Selain PLN, BUMN lain yang akan dikonsolidasikan ke dalam Danantara di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan holding BUMN pertambangan Indonesia, MIND ID.
Jika konsolidasi berjalan mulus, Danantara diperkirakan mengelola AUM senilai US$600 miliar. Jumlah itu ditargetkan meningkat hingga US$982 miliar dalam beberapa tahun ke depan, sehingga memosisikan Danantara sebagai sovereign wealth fund (SWF) terbesar ke-4 di dunia.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Danantara merupakan salah satu visi Presiden Prabowo. Oleh karena itu, pihaknya mendukung rencana pemerintah untuk menghadirkan lembaga yang nantinya mengonsolidasikan perusahaan pelat merah berkinerja sehat.
“Ketika banyak [BUMN] yang sehat ini mau dikonsolidasikan ya enggak apa-apa. Memang garis tangan saya restrukturisasi, sehingga yang sisa nanti kami restrukturisasi. Jadi, kompleksitas kajiannya sedang dibahas,” ujarnya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, pekan lalu.
Hingga saat ini, sebanyak 7 dari 47 BUMN masih mencatatkan kinerja keungan negatif. Adapun, 40 perusahaan pelat merah lainnya yang merepresentasikan 85% dari total BUMN, telah mencatatkan kinerja keuangan secara sehat.
Tujuh BUMN itu adalah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS), PT Bio Farma (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Jiwasraya, Perumnas, dan PNRI.
Di sisi lain, Erick memandang kehadiran Danantara mencerminkan kinerja BUMN semakin baik setelah 5 tahun terakhir berkutat pada restrukturisasi. Apalagi, dividen untuk tahun buku 2025 juga berpotensi menembus rekor terbaru yakni Rp90 triliun.