Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Suku Bunga Rendah Dongkrak Aset High Risk, Berapa Cuan Kripto dan Reksa Dana Saham?

Tren musiman Oktober sebagai bulan terbaik untuk Bitcoin masih berlangsung.
Warga berswafoto dengan latar logo Bitcoin di Terowongan Kendal, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga berswafoto dengan latar logo Bitcoin di Terowongan Kendal, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Berakhirnya era suku bunga acuan rendah secara umum memicu para investor keluar dari aset safe haven atau berisiko rendah, menuju aset berisiko dengan potensi cuan tinggi. Lantas, bagaimana perbandingan cuan kripto dan reksa dana saham dalam sebulan terakhir?

Seperti diketahui, The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%-5,0% pada Kamis (19/9/2024) lalu. Hal ini membawa aset kripto seperti Bitcoin (BTC) akhir-akhir ini bergerak seirama dengan saham, menunjukkan bahwa faktor makro ekonomi seperti kebijakan moneter tengah menjadi pendorong utama.

Direktur Perdagangan Arbelos Markets Sean McNulty menjelaskan beberapa sentimen positif aset digital adalah penurunan suku bunga, serta dinamika pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) yang kemungkinan memperkenalkan kebijakan yang lebih ramah terhadap kripto.

"Tren musiman Oktober sebagai bulan terbaik untuk Bitcoin masih berlangsung," ujar McNulty, dilansir Bisnis dari Bloomberg pada Sabtu (5/10/2024).

Namun, pasar harus tetap waspada terhadap kemungkinan eskalasi konflik di Timur Tengah yang semakin dalam, terlebih memantau janji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membalas serangan Iran. Fenomena ini tengah mendorong sikap berhati-hati di pasar global. 

Terlebih, BTC telah kehilangan sekitar 4% dalam dua hari pertama Oktober, berbanding terbalik dengan kenaikan selepas penurunan suku bunga. Artinya, ketegangan geopolitik tengah membuyarkan optimisme pasar akan kenaikan BTC melewati rekor tertinggi bulan Maret sebesar US$$73.798.

"Lingkungan geopolitik saat ini tidak mendukung aset berisiko," kata salah satu pendiri Orbit Markets, Caroline Mauron, penyedia likuiditas untuk perdagangan derivatif aset digital.

Berdasarkan data Coinmarketcap saat berita ini ditulis, BTC masih bertengger di kisaran US$62,200, mengalami kenaikan sekitar 9,8% selama 30 hari terakhir dan naik sekitar 47,2% sejak awal tahun. 

Aset digital lain yang mampu mengalami kenaikan signifikan dalam sebulan terakhir, antara lain Binance Coin (BNB) ke sekitar US$561,94 atau naik 10,9%, serta Solana (SOL) ke kisaran US$143 dengan kenaikan sekitar 7,5%. Sebaliknya, Ethereum (ETH) hanya naik 0,9% dalam sebulan terakhir. 

Lantas, apakah reksa dana saham mengalami nasib serupa di tengah situasi ini? Berdasarkan data Infovesta Utama per 4 Oktober 2024, hanya ada satu reksa dana saham yang dalam sebulan belakangan melampaui kenaikan 10%, yaitu Pratama Dana Atraktif Saham. 

Adapun, beberapa reksa dana saham yang mampu naik lebih dari 6%, antara lain Maybank Dana Ekuitas Syariah, Pratama Syariah, Bahana Trailblazer Fund, Pratama Investa Mandiri, Shinhan Equity Growth, Bahana Icon Syariah Kelas G, Mega Asset Maxima, Pratama Dana Saham Unggulan, Pratama Dana Cemerlang, Pratama Dana Alpha, dan Pratama Dana Gemilang. 

Lembaga Edukasi Kripto Pintu Academy mengingatkan bahwa kripto dan reksa dana merupakan dua instrumen investasi dengan perbedaan signifikan, kendati tengah mendapati tren serupa, terutama reksa dana saham. 

Perbedaan utama keduanya terlihat pada volatilitas, di mana harga kipto lebih fluktuatif dibandingkan reksadana yang cenderung stabil, terutama pada reksadana pasar uang atau obligasi yang strategi investasinya lebih pada aset berisiko rendah. 

"Risiko investasi kripto juga jauh lebih tinggi dibandingkan reksa dana, yang risikonya tergantung pada jenisnya. Misalnya, reksa dana saham risikonya paling tinggi. Oleh karena itu, potensi profit kripto memungkinkan lebih besar dan cepat," ungkap tim Pintu Academy.

Kripto bisa menghasilkan keuntungan signifikan dalam waktu singkat, sementara reksa dana cenderung memberikan imbal hasil lebih stabil sekitar 3-10% per tahun tergantung jenisnya. 

Selain itu, likuiditas kripto lebih baik karena dapat diperjualbelikan kapan saja, sementara reksa dana membutuhkan waktu lebih lama untuk proses penjualan.

"Investasi kripto membutuhkan peran aktif dari investor, sementara reksa dana dikelola oleh manajer investasi. Diversifikasi otomatis berlaku pada reksa dana, sedangkan pada kripto, investor perlu melakukannya secara manual," jelasnya.

Biaya investasi untuk kedua instrumen juga berbeda, dengan reksadana memiliki biaya tambahan seperti untuk manajer investasi, sementara kripto hanya dikenakan biaya transaksi.

"Keduanya memiliki kelebihan masing-masing tergantung kebutuhan dan profil risiko. Bagi yang ingin hasil stabil dengan berbagai pilihan risiko, reksa dana bisa menjadi pilihan. Sementara bagi yang siap dengan risiko tinggi dan ingin keuntungan besar, kripto bisa dipertimbangkan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper