Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Saham Emiten Migas di Pusaran Konflik Geopolitik Timur Tengah

Memanasnya tensi konflik geopolitik Timur Tengah menjadi katalis positif terhadap laju saham emiten-emiten minyak dan gas (migas) di lantai bursa.
Ana Noviani, Dionisio Damara Tonce
Kamis, 3 Oktober 2024 | 08:41
Seorang investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (21/8/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Seorang investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (21/8/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Memanasnya tensi konflik geopolitik Timur Tengah akibat serangan rudal Iran-Israel kembali menyulut harga minyak di pasar global. Sentimen itu menjadi katalis positif terhadap laju saham emiten-emiten minyak dan gas (migas) di lantai bursa. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (2/10/2024), harga minyak Brent kontrak pengiriman Desember 2024 menguat 0,34% menjadi US$73,9 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,77% menjadi US$70,87 per barel.

Bloomberg mencatat, harga minyak WTI sudah naik hampir 3% dalam 2 hari perdagangan terakhir. 

Mengutip Citigroup Inc., serangan Israel terhadap Iran berisiko mengganggu pasokan minyak global hingga 1,5 juta barel per hari. Apabila Israel menyerang infrastruktur minor—seperti fasilitas penghiliran atau storage, analis Citigroup Francesco Martoccia memperkirakan pasokan minyak dapat berkurang 300.000 hingga 450.000 barel per hari.

Di bursa saham Indonesia, sejumlah saham emiten migas ditutup menguat pada perdagangan Rabu (2/10/2024). Pengutan itu terjadi saat IHSG melanjutkan fase bearish

Mengutip data BEI, saham PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) memimpin penguatan saham migas. Saham MEDC mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 8,95% menuju level Rp1.400. Secara YtD, saham MEDC turut mencetak pertumbuhan 21,21%. 

Di belakang MEDC, saham PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) melejit 8,87% ke posisi Rp1.350, PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX) naik 7,28% ke level Rp162, dan PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) menguat 7,28% ke level Rp238 per saham. 

Adapun, saham emiten penunjang kegiatan hulu migas seperti PT Elnusa Tbk. (ELSA) ikut melonjak 6,99% menjadi Rp505 per saham. Harga tersebut juga mencerminkan peningkatan sebesar 30,15% YtD.  

Capital Economics dalam catatannya menyebut bahwa eskalasi besar-besaran oleh Iran berisiko menyeret AS ke dalam perang.

"Iran menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak global, tetapi pertimbangan penting adalah apakah Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu," jelas Capital Economics dalam laporannya, dikutip dari Reuters, Rabu (2/10/2024).

Sementara itu, panel menteri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ akan bertemu pada hari ini untuk meninjau pasar, tanpa ada perubahan kebijakan yang diharapkan. Mulai Desember, OPEC+, yang mencakup Rusia, akan meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bpd) per bulan.

"Keterlibatan langsung Iran, anggota OPEC, meningkatkan prospek gangguan pasokan minyak," kata ANZ Research dalam sebuah catatan, mengacu pada konflik tersebut.

Produksi minyak Iran naik ke level tertinggi dalam 6 tahun terakhir sebesar 3,7 juta barel per hari pada Agustus. Analis ANZ Group Holdings menambahkan, reli harga minyak akan ditentukan oleh respons Israel terhadap Iran apakah dalam bentuk serangan langsung terhadap militer Iran, serangan infrastruktur, maupun serangan dari sisi migas.

Siasat Emiten Migas Pacu Kinerja

Sebelumnya, Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro mengatakan kinerja keuangan MEDC sampai paruh pertama tahun ini relatif tumbuh signifikan. Malahan, dia mengatakan, total imbal hasil pemegang saham perusahaan terbilang naik sejak 2022.

“Hal ini memperkuat keyakinan MedcoEnergi terhadap masa depan bisnis dan komitmen berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham,” kata Hilmi dalam siaran pers, dikutip Rabu (11/9/2024).

Selama rentang 2022 dan 2023, MEDC membagikan dividen interim dengan nominal masing-masing sebesar US$25 juta.

Hilmi mengatakan perseroan telah melampui kompetitor di industri migas dan indeks energi dalam hal imbal hasil ekuitas untuk tahun buku 2022 dan 2023.

“Sebuah cerminan yang jelas dari disiplin keuangan yang kuat dan profitabilitas yang membaik,” tuturnya.

Terkait dengan prospek saham MEDC, Analis Kanaka Hita Solvera Andika Cipta Labora menyampaikan kinerja MEDC relatif tumbuh positif sepanjang semester I/2024. 

“Laba pada semester 1 mencetak pertumbuhan 68,24% secara tahunan. Arus kas MEDC juga positif sehingga dengan fundamental yang solid, pembagian dividen interim adalah hal yang bagus untuk para investor,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Sementara itu, emiten Grup Pertamina, PT Elnusa Tbk. (ELSA) menggenggam dua kontrak jangka panjang baru di sisi jasa hulu migas untuk memperkuat peningkatan laba periode mendatang. 

Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja memaparkan dua kontrak itu di antaranya, kegiatan pengeboran di blok migas, Offshore Southeast Sumatera (OSES) dengan kontraktor PT Pertamina Hulu Energi OSES dan seismik untuk blok migas garapan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC).

“Untuk kegiatan pengeboran di OSES kami telah mendapatkan kontrak bersama dengan Pertamina Drilling Services di wilayah kerja PHE OSES dengan jangka waktu pekerjaan 3 sampai 5 tahun,” kata Bachtiar kepada Bisnis, Selasa (27/8/2024). 

Selain itu, Bachtiar menambahkan kegiatan seismik di blok migas garapan MEDC memiliki kontrak sampai 5 tahun mendatang. 

Dia menegaskan sejumlah kontrak jangka panjang itu bakal mendukung upaya perseroan untuk mengerek pendapatan serta laba di periode berikutnya. ELSA mematok laba bersih perseroan bisa menembus Rp1 triliun tahun depan.

“Untuk seismik saat ini kami sudah mengamankan kontrak dengan Medco dengan jangka waktu 5 tahun ke depan,” tuturnya.

Terpisah, Direktur Utama RAJA Djauhar Maulidi mengatakan RAJA bakal meningkatkan ekspansi di sektor midstream dan downstream jelang akhir 2024. Salah satu fokus utama adalah pengembangan infrastruktur minyak dan gas, termasuk fasilitas pemrosesan, terminal dan penyimpanan, serta distribusi.

Langkah itu diharapkan mampu memperkuat rantai pasok energi nasional, sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam mencapai ketahanan energi.

“Perusahaan berkomitmen untuk terus mengembangkan proyek-proyek yang sejalan dengan visi jangka panjang, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh stakeholder,” ungkap Djauhar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper