Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi setelah menguat dan mencetak rekor all time high (ATH) beberapa kali. Analis memperkirakan konsolidasi IHSG masih akan berlanjut hingga sentimen besar berikutnya.
Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan, The Fed pada akhirnya telah menurunkan tingkat suku bunga, yang diikuti oleh pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia.
"Hal ini yang kami perhatikan puncak sentimennya sudah selesai sehingga IHSG mengalami konsolidasi," ujar Nico, Kamis (26/9/2024).
Nico melanjutkan, situasi dan kondisi konsolidasi ini masih akan berlanjut setidaknya hingga sentimen besar berikutnya seperti pelantikan presiden pada Oktober mendatang. Sentimen lain yang juga akan mengikuti IHSG adalah Pilkada dan Pemilu AS.
Dia juga menjelaskan dengan sentimen-sentimen tersebut, sektor yang menjadi pilihan dari Pilarmas Investindo Sekuritas seperti finansial, consumer non-cyclical, properti, dan consumer cyclical. Namun, sebagai catatan penting karena sentimen data ekonomi sudah selesai, maka sentimen berikutnya lebih kepada business plan atau rencana kerja dari presiden nantinya.
"Karena hal ini akan memberikan dorongan kepada sektor yang berkorelasi positif terhadap rencana kerja pemerintahan berikutnya. Misalkan, program makan siang gratis, sektor yang berhubungan dengannya pun akan bergerak positif," tuturnya.
Baca Juga
Nico juga melihat stabilitas politik sejauh ini tidak akan bermasalah dan dapat berlangsung dengan baik. Begitu juga dengan Pilkada, yang diyakini akan berjalan dengan baik.
Akan tetapi, lanjutnya, ketika semua pihak sudah dapat menerima, pihaknya yakin konstelasi politik dapat berjalan dengan aman, jujur, dan adil.
"Oleh sebab itu kami melihat capital inflow berpotensi untuk kembali masuk, terutama ketika transisi pemerintahan itu terjadi," ujar Nico.
Sebagai informasi, dalam sepekan terakhir IHSG tercatat melemah 2,03% setelah mencetak rekor all time high dalam beberapa kali. Meski demikian, investor asing masih mencetak net foreign buy di pasar reguler sebesar Rp2,05 triliun.