Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.102 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,56% atau 85 poin ke posisi Rp15.102 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,08% ke posisi 100,381.
Sebagian mata uang kawasan Asia lainnya turut menguat terhadap dolar AS. Dolar Taiwan menguat 0,50%, peso Filipina menguat 0,62% dan rupee India menguat 0,10%.
Selanjutnya, Yuan China turut menguat 0,13% diikuti dengan ringgit Malaysia sebesar 0,37%.
Adapun, mata uang yang mengalami pelemahan terhadap dollar AS di antaranya Won Korea dan Dolar Singapura masing-masing sebesar 0,07% dan 0,09%.
Selanjutnya, Dolar Hong Kong dan Yen Jepang turut mengalami pelemahan masing-masing 0,05% dan 0,48%.
Baca Juga
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan nilai tukar rupiah itu turut didorong oleh sejumlah paket stimulus yang didorong Bank Rakyat China kemarin.
“Langkah tersebut mendorong harapan bahwa pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia akan membaik,” kata Ibrahim seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (25/9/2024).
Ibrahim memperkirakan tren penguatan nilai tukar rupiah itu bakal berlanjut untuk perdegangan besok.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.000 sampai dengan Rp15.120,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, mengutip Reuters, Rabu (25/9/2024), bank sentral China (People’s Bank of China/PBOC) meluncurkan paket stimulus termasuk bantuan likuiditas perbankan dan penurunan suku bunga.
Paket stimulus ini merupakan yang paling besar sejak pandemi Covid-19 lalu. Gubernur PBOC Pan Gongsheng mengatakan bank sentral akan memangkas suku bunga 7-day reverse repo rate sebesar 0,2 poin persentase menjadi 1,5%.
Selain itu, PBOC juga memangkas giro wajib minimum (GWM) perbankan sebesar 50 basis poin dalam waktu dekat, sehingga memberikan likuiditas ekstra sekitar 1 triliun yuan atau US$142,21 miliar untuk perbankan.