Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara milik konglomerat Kiki Barki PT Harum Energy Tbk. (HRUM) akan meminta restu untuk melangsungkan pembelian kembali atau buyback.
Harum Energy akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Selasa (17/9/2024) pada pukul 14:00 WIB. Pertemuan itu hanya memiliki satu mata acara yakni persetujuan terkait rencana melaksanakan buyback.
“Untuk melaksanakan pembelian kembali saham perseroan atas saham-saham yang diperkirakan maksimal hingga sekitar 849.000.000 lembar saham dalam modal ditempatkan dan disetor perseroan,” tulis Manajemen Harum dikutip, Jumat (13/9/2024).
Berdasarkan catatan Bisnis, dana yang dianggarkan oleh perseroan untuk aksi korporasi itu sekitar Rp1 triliun. Periode buyback diperkirakan akan berlangsung pada 18 September 2024 hingga 17 September 2025.
Dengan anggaran tersebut, jumlah saham yang dapat dibeli kembali oleh Manajemen Harum Sekitar 849 juta lembar.
Manajemen Harum mengungkapkan aksi korporasi itu bertujuan meningkatkan nilai investasi pemegang saham antara lain dengan mengembalikan sebagian kelebihan arus kas bersih kepada para para pemegang saham HRUM lewat buyback.
Baca Juga
Harum Energy menggarisbawahi dua tujuan utama pembelian kembali saham yakni memberikan fleksibilitas untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien sehingga memungkinkan perseroan menurunkan seluruh biaya modal.
“Meningkatkan laba per saham [EPS] dan return on equity [ROE] secara berkelanjutan,” tulis Manajemen Harum Energy dikutip, Senin (12/8/2024).
Harum memberikan proforma laba perseroan per saham setelah buyback dengan biaya Rp1 triliun atau sekitar US$61,8 juta. EPS dasar diperkirakan naik dari US$0,002806 per akhir Juni 2024 menjadi US$0,002922 atau mencerminkan kenaikan US$0.000186.
HRUM meyakini buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha. Pasalnya, perseroan mengeklaim memiliki modal kerja dan kas dan setara yang cukup untuk mendanai aksi korporasi itu serta kegiatan usaha lainnya.
Adapun, buyback diharapkan turut mendukung likuiditas perdagangan saham perseroan agar lebih mencerminkan kondisi fundamental perseroan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.