Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarik Menarik Sentimen Saham Japfa Comfeed (JPFA), Masih Atraktif?

Harga saham emiten unggas seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) terpantau masih lesu pada September 2024.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) melakukan ekspor 23.040 ekor ayam hidup langsung ke Singapura.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) melakukan ekspor 23.040 ekor ayam hidup langsung ke Singapura.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten unggas seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) terpantau masih lesu pada September 2024. Meski begitu, saham JPFA dinilai akan bergerak positif terdorong sejumlah sentimen, termasuk program makan bergizi gratis dari Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham JPFA turun 3,43% dalam sepekan ke level Rp1.550 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (13/9/2024). Harga saham JPFA juga turun 3,13% dalam sebulan perdagangan.

Adapun, sepanjang September 2024 berjalan, harga saham JPFA turun 2,82%. Harga saham JPFA juga turun 2,74% sepanjang Agustus 2024.

Meski begitu, harga saham JPFA masih di zona hijau, naik 31,36% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD).

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan penurunan harga saham unggas seperti JPFA pada September 2024 dipengaruhi oleh harga ayam broiler yang mengalami pelemahan. Meski begitu, saham JPFA tetap potensial terdorong oleh sejumlah sentimen.

"Harapannya kebijakan pemerintah memberikan stimulus, misalnya program makan siang gratis pada tahun depan," ujar Nafan kepada Bisnis pada Jumat (13/9/2024).

Program yang diwacanakan presiden terpilih Prabowo Subianto ini memang telah menunjukan kepastian. Pemerintah resmi merancang anggaran untuk program makan bergizi gratis pada 2025 sebesar Rp71 triliun atau 0,29% terhadap produk domestik bruto (PDB), sesuai Rancangan Undang-undang (RUU) tentang APBN 2025.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun telah melantik Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, untuk mendukung program makan siang gratis atau makan bergizi gratis yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Selain itu, terdapat sentimen positif lainnya yakni ekspektasi tinggi akan penurunan suku bunga acuan. Kondisi tersebut dinilai mampu mengurangi borrowing cost di JPFA.

"Sentimen positif lainnya yakni peningkatan kinerja konsumsi masyarakat. Ada juga potensi terkait dinamika musiman yang meningkatkan permintaan poultry sector," tutur Nafan.

Dia merekomendasikan accumulative buy untuk JPFA dengan target harga di level Rp1.900 per saham.

Sebelumnya, Tim Riset Samuel Sekuritas menilai pada paruh kedua tahun ini, sejumlah tantangan akan mengadang emiten unggas seperti JPFA. 

"Kami memperkirakan paruh kedua 2024 mungkin akan sedikit lebih menantang bagi sektor unggas," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas pada beberapa waktu lalu.

Akan ada tekanan harga ayam hidup pada Juli dan Agustus akibat faktor musiman.

"Selain itu, ada potensi dampak dari fenomena La Nina yang diprediksi terjadi pada 2024, yang mungkin akan mempengaruhi profitabilitas," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas.

Meski begitu, Tim Riset Samuel Sekuritas optimistis terhadap prospek sektor unggas, dengan Japfa alias JPFA sebagai pilihan utama. Sentimen positifnya adalah relaksasi harga dan upaya menjaga harga ayam hidup tetap tinggi di atas biaya produksi, serta pengurangan impor grand parent stock (GPS) atau indukan ayam mulai 2024.

Namun, risiko tetap ada, terutama apabila permintaan tidak sesuai harapan atau ada peningkatan biaya bahan baku.

Samuel Sekuritas merekomendasikan beli untuk JPFA dengan target harga Rp1.790 per saham.

Tim Riset Sinarmas Sekuritas juga menilai bahwa dengan dukungan harga ayam hidup dan penguasaan bibit ayam atau day old chicken (DOC) yang relatif tinggi, kinerja JPFA pada keseluruhan tahun ini akan melesat.

Berdasarkan laporan keuangan, JPFA mencatatkan pertumbuhan pesat laba 1.704,54% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp1,47 triliun pada paruh pertama 2024.

Pertumbuhan laba JPFA ditopang oleh penjualan neto yang naik 14,45% yoy menjadi Rp27,64 triliun pada semester I/2024.

"Selain itu, industri unggas di Indonesia tampak menarik dalam jangka panjang, dengan konsumsi ayam tumbuh pada CAGR 3,3% selama 10 tahun terakhir," tulis Tim Riset Sinarmas Sekuritas.

Terdapat pula dukungan program pemerintah untuk ketahanan pangan nasional. Persaingan pasar juga dinilai relatif sehat.

Sinarmas Sekuritas merekomendasikan beli untuk JPFA dengan target harga Rp1.950 per saham.

Dilansir dari Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa 14 sekuritas dari berbagai perusahaan sekuritas yang mengulas saham JPFA menyematkan rekomendasi beli. Terdapat 1 sekuritas merekomendasikan hold dan 1 sekuritas merekomendasikan sell. Target harga saham JPFA dalam 12 bulan ke depan ada di level Rp1.916 per saham.

--------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper