Bisnis.com, JAKARTA – Emiten afiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir mengumumkan akan menjual seluruh sahamnya di bawah PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Upaya ini diperkirakan akan berdampak positif bagi diversifikasi bisnis Adaro ke depan.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ADRO menjelaskan perseroan akan menawarkan 99,99% saham AAI atau setara 7 miliar saham yang dimiliki secara langsung oleh perseroan.
Saham ini akan ditawarkan ke seluruh pemegang saham ADRO pada tanggal tertentu, yang akan diumumkan pada prospektus penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS).
"Pembeli adalah para pemegang saham perseroan yang terdaftar pada tanggal pencatatan dan memilih untuk membeli saham AAI dari perseroan," kata Manajemen ADRO, Kamis (12/9/2024).
Manajemen ADRO juga menjelaskan akan membagikan dividen sebelum aksi spin-off dilakukan. Detail mengenai dividend payout ratio akan menunggu persetujuan dari pemegang saham dalam agenda RUPSLB pada 18 Oktober 2024 mendatang.
Harga penawaran untuk saham AAI ini menggunakan harga rata-rata tertimbang yang terbentuk setelah penutupan perdagangan di hari pencatatan saham AAI di Bursa.
"Penyelesaian transaksi akan dilakukan melalui crossing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga penjual akan dipungut pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksinya," tuturnya.
Adapun, nantinya sisa saham AAI yang ditawarkan tapi tidak terjual akan tetap dimiliki ADRO.
Adapun, nilai rencana transaksi penjualan saham AAI akan mempertimbangkan hasil penilaian saham dari penilai independen, yaitu sebesar US$2,45 miliar. Estimasi tersebut setara dengan 31,8% dari total ekuitas ADRO.
"Rencana transaksi perseroan diharapkan akan membantu AAI dan pilar bisnis non-batu bara termal untuk meningkatkan fokus pengembangan dan kinerja,” ujarnya.
Ambisi Adaro Kejar Diversifikasi
Pemisahan lini bisnis batu bara termal tak terlepas dari ambisi Adaro Energy untuk melaksanakan diversifikasi usaha. Untuk menggapai ambisi tersebut, Adaro memerlukan akses pendanaan yang lebih luas, termasuk green financing.
Spin-off AAI dinilai akan membantu bisnis hijau ADRO untuk mendapatkan akses terhadap sumber pembiayaan yang lebih banyak, biaya pendanaan yang lebih kompetitif, memberikan akses yang lebih baik pada proyek-proyek ramah lingkungan dengan partner bisnis potensial peringkat atas, serta memberikan opsi investasi yang lebih banyak pada investor publik untuk berinvestasi sesuai dengan minat dan pandangannya.
Sebelumnya, Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir dalam wawacaranya bersama Tim Bisnis Indonesia menyampaikan ADRO menargetkan sebanyak 50% dari total pendapatan ADRO akan dihasilkan oleh bisnis non-batu bara termal pada 2030. Hal ini sejalan dengan komitmen ADRO dalam pernyataan Net Zero Emission Adaro yang telah dipublikasikan.
Sebagaimana diketahui, saat ini ADRO memiliki beberapa proyek diversifikasi ke energi baru terbarukan (EBT). Proyek diversifikasi tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 1,4 GigaWatt di Kalimantan Utara dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kalimantan Tengah.
“Kami memilih ke hydro. Kami ingin core-nya [bisnis hijau] di hydro. Karena kalau kami bisa merealisasikan PLTA 1,4 GW, itu terbesar di Indonesia,” ujar Boy Thohir.
Selain melakukan transformasi melalui bisnis EBT, ADRO juga bertransformasi melalui Adaro Minerals. Menurutnya, pembangunan smelter aluminium dan perluasan pasar batu bara metalurgi mendukung visi ADRO untuk mengurangi ketergantungan terhadap bisnis batu bara termal.
Kontribusi AAI terhadap Adaro
Sebagai informasi, AAI merupakan anak usaha Adaro yang memiliki saham pada beberapa perusahaan pertambangan batu bara termal, yaitu PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi batu bara termal berkalori menengah dengan kadar polutan rendah.
AAI juga memiliki saham-saham pada dua perusahaan pertambangan batu bara termal yang saat ini sedang dikembangkan, yaitu PT Pari Coal dan PT Ratah Coal. Bisnis lain yang dimiliki AAI adalah bisnis jasa logistik dan bisnis-bisnis pendukung melalui perusahaan anaknya yang bergerak di bisnis pertanahan, air, investasi, dan ketenagalistrikan.
Di sisi kinerja keuangan, per 30 Juni 2024, AAI tercatat memiliki total aset sebesar US$5,43 miliar. Jumlah aset ini turun dari US$7,06 miliar dari 31 Desember 2024.
AAI membukukan pendapatan usaha sebesar US$2,65 miliar per 30 Juni 2024, turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,25 miliar. Pendapatan usaha AAI pada semester I/2024 itu setara dengan 89,4% dari total pendapatan ADRO pada periode yang sama US$2,97 miliar.
Di sisi profitabilitas, laba periode tahun berjalan AAI pada periode yang sama tercatat meningkat menjadi US$922,7 juta, dari sebelumnya sebesar US$804,7 juta secara tahunan atau year on year.
Uniknya, laba bersih AAI itu lebih tinggi dari laba bersih ADRO pada semester I/2024 yang tercatat US$880,18 juta. Pasalnya, laba bersih AAI termasuk nonrecurring gain sebesar US$322,93 juta yang dieliminasi pada laba bersih Adaro Energy.
Analis Kredit Senior Bloomberg Intelligence Mary Ellen Olson mengatakan penjualan saham AAI ini mengonfirmasi fokus pertumbuhan ADRO pada pilar Adaro Mineral dan Adaro Green perseroan.
“Penjualan ini dapat menciptakan saluran pendanaan hijau untuk proyek-proyek yang sedang dibangun, termasuk smelter aluminium dan PLTA,” tulis Olson, Kamis (12/9/2024).
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani menjelaskan dalam aksi ini, ADRO berencana untuk melakukan spin–off dan menjual seluruh segmen bisnis batu bara termal mereka di bawah Adaro Andalan Indonesia (AAI). ADRO sendiri memiliki 99,99% saham AAI.
"Dengan transaksi ini, ADRO berpotensi melepas seluruh kepemilikannya pada segmen bisnis batu bara termal dan akan berfokus pada segmen batu bara metalurgi di bawah Adaro Minerals (ADMR) dan segmen energi terbarukan di bawah Adaro Green," kata Hendriko, Kamis (12/9/2024).
Sementara itu, bisnis batu bara termal ADRO akan berada pada AAI. Dia melanjutkan dengan cash yang dimiliki ADRO pasca spin–off AAI, ADRO berpotensi membagikan dividen kepada pemegang sahamnya ataupun melakukan ekspansi dengan masif, baik secara organik maupun anorganik.
Prospek Saham dan Dividen Adaro
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan menjelaskan rencana spin-off ini membuat saham ADRO melonjak 13,6% pada sesi perdagangan pertama, Kamis (12/9/2024). Aksi ini juga membuat saham ADRO ditutup melambung 9,38% ke harga Rp3.850 per saham, Kamis (12/9/2024).
"Kami percaya respons positif pasar pada sesi perdagangan pertama terutama didorong oleh ekspektasi dividen tunai yang lebih tinggi secara signifikan dari ADRO," ujar Darmawan, Kamis (12/9/2024).
Dividen tunai ini, lanjutnya, berpotensi ditingkatkan oleh dividen khusus akibat transaksi spin-off tersebut. Apabila dividen khusus ini terwujud, maka hal ini akan memberikan dukungan tambahan bagi investor yang mempertimbangkan partisipasi dalam penawaran saham AAI.
Mirae Asset Sekuritas memperkirakan dividen tunai sebesar Rp305-Rp380 per saham untuk 2024 bagi ADRO. Jika dividen khusus ini terwujud, maka dividen aktual ADRO bisa melebihi angka ini.
Darmawan melanjutkan, kontribusi AAI terhadap keuangan konsolidasi ADRO sekitar 89% dari pendapatan, dan 105% dari laba bersih.
"Oleh karena itu, ke depan, mengingat kontribusi signifikan AAI terhadap ADRO, tergantung pada pembaruan transaksi yang akan datang dan seberapa banyak saham AAI yang akan dipertahankan ADRO, kami melihat potensi investor untuk menilai ulang harga saham ADRO dalam waktu dekat," tuturnya.
Dia juga menyebut secara fundamental, investor dapat mulai melihat ADRO sebagai perusahaan energi terbarukan yang dapat memberikan kelipatan penilaian yang lebih tinggi, meskipun ada pemisahan dari penghasil pendapatan dan laba bersih utamanya.
"ADRO bisa dilihat lebih sebagai perusahaan holding atau investasi," tulis Darma.
Terlepas dari hal tersebut, lanjutnya, Mirae Asset Sekuritas melihat potensi penurunan harga saham ADRO dalam jangka pendek, yang mungkin terjadi setelah pengumuman dividen berikutnya.
Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dalam risetnya menjelaskan setelah spin-off ini, nantinya ADRO akan memiliki kas besar yang kemungkinan berkisar antara Rp40 triliun hingga Rp90 triliun.
Akan tetapi, semakin tinggi pembayaran dividen, maka akan berakibat pada kas yang lebih rendah setelah transaksi spin-off.
“ADRO kemungkinan akan menggunakan kas ini untuk mendanai usahanya ke dalam energi hijau atau terbarukan,” kata Andreas, Kamis (12/9/2024).
Dia menuturkan, saat ini ADRO memiliki dua proyek energi hijau yang berada dalam pipeline, yaitu proyek PLTA 1,3 Gigawatt dan pembangkit listrik tenaga surya 400 MW.
Dengan spin-off ini, Sucor Sekuritas memandang investor harus mempertimbangkan untuk mengambil keuntungan. Pasalnya, akan ada perubahan mendasar pada model bisnis ADRO yang dapat memberikan ketidakpastian yang lebih tinggi dalam arus kas dan dividen di masa depan.
Alasan lainnya karena risiko reinvestasi dari posisi kas besar ADRO, dan terakhir, Sucor Sekuritas melihat alternatif lain di sektor batu bara, yaitu dengan saham UNTR, ITMG, atau mengakumulasi AAI melalui IPO.
Adapun Sucor Sekuritas mengubah rekomendasinya terhadap saham ADRO dari semula hold, menjadi sell on strength. Sucor Sekuritas memberikan target harga atau target price (TP) sebesar Rp3.000 terhadap saham ADRO.
Rekomendasi Analis untuk Saham ADRO
Sekuritas |
Rekomendasi |
Target Harga (Rp/saham) |
Mirae Asset Sekuritas |
hold |
3.650 |
RHB Research |
buy |
3.900 |
Macquarie |
outperfom |
3.700 |
Ciptadana Sekuritas |
buy |
4.000 |
OCBC Sekuritas |
buy |
3.950 |
BRI Danareksa Sekuritas |
buy |
3.770 |
NH Korindo Sekuritas |
hold |
3.680 |
Sumber: Bloomberg, per 12 September 2024.
-------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.