Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham BUMN Karya bertumbangan pada sesi kedua perdagangan hari ini, Rabu (11/9/2024). Seluruh saham berada di zona merah, dengan penurunan terdalam dirasakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA).
Berdasarkan data RTI Infokom, saham WIKA masuk jajaran top losers dengan pelemahan sebesar 11,50% menuju level Rp400 per saham. Total volume saham yang diperdagangkan mencapai 336,57 juta dengan nilai turnover sebesar Rp138,63 miliar.
Kendati menurun, banderol ini masih mencerminkan kenaikan sebesar 96,16% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/Ytd) dan menguat 270,37% selama kurun 3 bulan terakhir.
Saham berikutnya adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) yang membukukan penurunan sebesar 8,44% menjadi Rp282 per saham. Sepanjang tahun berjalan, saham ini juga melemah 9,63% YtD tetapi meningkat 34,29% dalam 3 bulan terakhir.
Harga saham PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) juga mengalami pelemahan sebesar 6,67% menuju level Rp448 per saham. Meski demikian, saham PTPP masih mencatatkan kenaikan 4,67% sepanjang tahun berjalan dan selama 3 bulan terakhir tumbuh 28,74%.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, perusahaan manajemen aset raksasa BlackRock Inc dan bank tertua kedua di Amerika Serikat (AS) yakni State Street Corp, terpantau memborong saham WIKA pada awal perdagangan September 2024.
Melansir Bloomberg Terminal, BlackRock membeli 17,36 juta saham WIKA pada 3 September 2024. Aksi itu membuat kepemilikan BlackRock bertambah dari 24,85 juta menjadi 42,22 juta lembar, dan berada di peringkat kelima daftar pengoleksi saham WIKA.
Sementara itu, State Street turut memborong 5,87 juta lembar saham WIKA pada 3 September 2024. Bank yang berdiri sejak 1792 ini lantas bertengger di peringkat ke-7 daftar pemegang saham WIKA, setelah sempat melepas seluruh kepemilikannya pada Mei 2024.
WIKA tercatat membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp11,59 triliun sepanjang periode Januari – Juli 2024. Kontributor terbesar berasal dari segmen industri, disusul segmen infrastruktur dan gedung, properti, serta segmen EPCC.
Baca Juga
Di sisi lain, ADHI mencetak kontrak baru senilai Rp12 triliun hingga Juli 2024. Perolehan kontrak baru ini berasal proyek gedung sebesar 50%, sumber daya air sebesar 29%, proyek jalan dan jembatan sebesar 9%, sedangkan sisanya dari proyek properti serta manufaktur.
Adapun PTPP memperoleh nilai kontrak baru tertinggi yaitu Rp13,11 triliun hingga akhir Juli lalu. Kendati demikian, raihan nilai kontrak baru ini turun 16,44% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp15,68 triliun.
Sekretaris Perusahaan PTPP Joko Raharjo mengatakan perolehan kontrak baru didominasi oleh proyek dengan sumber dana dari pemerintah sebesar Rp49%, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai 32%, swasta 18% dan lainnya hanya 1%.
“Perolehan nilai kontrak tertinggi yaitu pada sektor jalan dan jembatan dengan persentase mencapai 40%, sektor gudang sebesar 38%, industri mencapai 18%, pelabuhan 3%, dan lainnya sebesar 1%,” ujar Joko kepada Bisnis baru-baru ini.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.