Bisnis.com, JAKARTA — PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMART) menyatakan bahwa permintaan bahan bakar nabati global sudah naik secara signifikan.
Executive Director Golden Agri Resources Jesslyne Widjaja mengatakan bahwa permintaan bahan bakar nabati global saat ini sekitar 150 juta ton, dan masih terus meningkat 2-3% per tahun.
"Namun, jumlah ini hanya menyumbang sekitar 3% hingga 4% dari total konsumsi bahan bakar di sektor transportasi saat ini," katanya, saat Panel Session, di Indonesia Internasional Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convetion Center (JCC), pada Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, bahan bakar nabati dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga lebih dari 50%, dan terkadang bahkan 90%, tergantung pada jenis bahan bakunya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan adanya faktor penghambat penggunaan bahan bakar nabati, salah satunya adalah biaya produksinya.
Faktor selanjutnya, yakni ketersediaan pasokan bahan baku, kesiapan infrastruktur, dan dukungan kebijakan yang konsisten dari pemerintah.
Baca Juga
Adapun dia mengungkap salah satu bahan bakar nabati adalah dari kelapa sawit, yang diubah menjadi biodiesel, dan sejalan dengan program pemerintah, yaitu Biodiesel 35.
Menurutnya, Biodiesel 35 yang merupakan campuran dari bahan bakar nabati ini memiliki peran yang sangat penting dalam memitigasi perubahan iklim.
"Saya sangat yakin kita dapat mereplikasi keberhasilan yang kita miliki dengan program Biodiesel," ucapnya.
Dia meyakini bahwa Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan dan juga untuk bioenergi.
Selain itu, penggunaannya dapat memicu pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan sekaligus memitigasi perubahan iklim.
Untuk diketahui, International Sustainability Forum (ISF) 2024 digelar oleh pemerintah Indonesia sebagai wadah pertemuan, bagi para pejabat dunia di berbagai sektor dan negara untuk bertukar pikiran dan mencari solusi terbaik untuk menghadapi perubahan iklim. ISF digelar selama 2 hari, pada 5-6 September 2024.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.