Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Lanjut Turun Usai Kekhawatiran Pasokan Meningkat

Harga minyak ditutup turun lebih dari US$1 per barel imbas kekhawatiran investor akan ketidakpastian suku bunga AS dan lonjakan pasokan.
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak melanjutkan penurunan hingga akhir perdagangan Jumat (30/8/2024) karena investor melihat ekspektasi kenaikan pasokan OPEC+ mulai Oktober, bersamaan dengan berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga AS bulan depan, menyusul data yang menunjukkan belanja konsumen yang kuat.

Menurut data Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman Oktober 2024 ditutup turun US$1,14 atau 1,43% ke level US$78,80 per barel pada Jumat (30/8/2024).

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup turun US$2,36, atau 3,11%, menjadi US$73,55 per barel, turun 1,7% dalam seminggu dan penurunan 3,6% pada sepanjang Agustus. 

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan melanjutkan kenaikan produksi minyak yang telah direncanakan mulai Oktober 2024 karena penghentian produksi di Libya dan janji pemangkasan pasokan oleh beberapa anggota untuk mengompensasi kelebihan produksi.

"OPEC+ sudah membicarakan tentang melanjutkan pengurangan produksi adalah berita utama yang benar-benar membuat kita kecewa hari ini," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group, dilansir Reuters Sabtu (31/8/2024).

Sementara itu, investor juga menanggapi data baru yang menunjukkan belanja konsumen AS meningkat pesat pada Juli lalu, yang menunjukkan ekonomi tetap kuat di awal kuartal ketiga dan diperkirakan akan menentang pemotongan suku bunga setengah persen dari Federal Reserve bulan depan.

Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Sentimen lainnya, National Oil Corporation Libya mengatakan penutupan ladang minyak baru-baru ini telah menyebabkan hilangnya sekitar 63% dari total produksi minyak negara itu, karena konflik antara faksi timur dan barat yang bersaing terus berlanjut.

Menurut firma konsultan Rapidan Energy Group, kerugian produksi dapat mencapai antara 900.000 dan 1 juta barel per hari (bpd) dan berlangsung selama beberapa minggu.

Pemerintah Libya yang berbasis di wilayah timur mengumumkan penutupan semua ladang minyak mulai Senin lalu, menghentikan produksi dan ekspor, serta mendorong harga minyak mencapai titik tertinggi dalam hampir 2 minggu pada tanggal 26 Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper