Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi AS Melambat, Harga Emas Turun pada Akhir Agustus

Harga emas mengalami penurunan pada akhir Agustus, Jumat (30/8/2024) setelah pengukur inflasi utama AS naik lebih lambat.
Pekerja mengeluarkan emas batangan yang sudah didinginkan dari cetakan di pabrik pengecoran. Bloomberg/Andrey Rudakov
Pekerja mengeluarkan emas batangan yang sudah didinginkan dari cetakan di pabrik pengecoran. Bloomberg/Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas merosot pada penutupan perdagangan Jumat (30/8/2024), memangkas kenaikan sepanjang bulan ini, karena imbal hasil Treasury dan dolar menguat setelah pengukur inflasi utama AS memberikan indikasi bahwa laju penurunan suku bunga oleh Federal Reserve akan terukur.

Mengutip data Bloomberg, harga emas Comex tercatat turun US$32,70 atau 1,28% ke US$2.527,60 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot turun US$18,01 atau 0,71% ke US$2.503,39 per troy ons. 

Bloomberg melansir, menurut data Biro Analisis Ekonomi yang terbit pada Jumat, pengukuran inflasi dasar AS yang jadi acuan The Fed, meningkat pada kecepatan yang rendah dan pengeluaran rumah tangga meningkat pada Juli. 

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (personal consumption expenditure/PCE), yang tidak termasuk makanan dan energi yang mudah berubah, meningkat 0,2% dari bulan sebelumnya. 

Reuters melaporkan, data PCE tersebut mengonfirmasi bahwa inflasi bukan lagi menjadi perhatian utama The Fed. Mereka selanjutnya mengalihkan fokusnya ke angka pengangguran, yang selanjutnya akan memvalidasi potensi penurunan suku bunga pada September mendatang. 

"Investor sekarang menantikan laporan penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis minggu depan, yang akan menjelaskan apakah The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebesar 50 atau 25 basis poin pada pertemuan bulan September," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures.

Namun, harga emas masih berada di jalur kenaikan bulanan lebih dari 2% setelah naik 5,2% pada Juli lalu. Harga logam mulia ini telah naik lebih dari 20% sepanjang tahun ini, dengan kenaikannya baru-baru ini sebagian besar terkait dengan meningkatnya optimisme bahwa bank sentral AS akan segera mulai memangkas suku bunga dari level tertinggi dalam lebih dari dua dekade untuk membantu perekonomian. 

Biaya pinjaman yang lebih rendah akan membantu mendongkrak permintaan aset alternatif untuk emas, yang tidak memberikan bunga. 

Pembelian aset over-the-counter yang kuat dan permintaan aset safe haven yang kuat di tengah konflik di Timur Tengah dan Ukraina juga menjadi pendongkrak kenaikan harga logam tahun ini.

Analis TD Securities melihat beberapa penurunan jangka pendek untuk emas karena adanya isyarat yang menunjukkan tanda-tanda negatif di beberapa bidang. 

Ahli strategi komoditas senior Daniel Ghali memperkirakan pergerakan lebih rendah menuju US$2.430 per ons dapat memicu likuidasi, menurut Ghali.

Selain emas, harga logam lainnya juga turun dengan perak turun 2,82% ke US$29,14 per troy ons, tembaga turun 0,26% ke US$421,15 per pon, dan platinum spot turun 1,30% ke US$929,7 per troy ons.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper