Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet 'Biang Kerok' Harga Minyak Dunia Terus Mendingin dalam Sepekan

Sejumlah faktor mempengaruhi harga minyak mentah dunia yang melemah sepekan ini.
Pompa angguk atau pump unit produksi PT Bukaka Teknik Utama Tbk. (BUKK) yang beroperasi di Lapangan Duri PT Pertamina Hulu Rokan, Bengkalis, Riau pada Selasa (9/7/2024). / Bisnis-Wibi Pangestu Pratama
Pompa angguk atau pump unit produksi PT Bukaka Teknik Utama Tbk. (BUKK) yang beroperasi di Lapangan Duri PT Pertamina Hulu Rokan, Bengkalis, Riau pada Selasa (9/7/2024). / Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terpantau melanjutkan pelemahan pada hari ini dan akan mencatatkan kerugian secara mingguan seiring dengan prospek permintaan yang menantang, turunnya harga produk, dan upaya AS untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah Brent diperdagangkan pada level US$77,16 per barel atau turun 0,08% pada hari ini. Harga minyak ini telah turun sekitar 3% sepanjang pekan ini. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate turun 0,03% ke level US$72,97 per barel. 

Harga minyak yang lesu pada pekan ini dipengaruhi oleh data manufaktur AS yang mengalami kontraksi pada laju tercepat tahun ini, serta tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja. Sementara itu, di Eropa, kontrak berjangka solar – bahan bakar industri yang paling penting – telah turun ke level terendah dalam 14 bulan.

Kenaikan harga minyak sepanjang tahun berjalan telah terhapus seiring dengan dampak pembatasan pasokan OPEC+ akibat prospek ekonomi yang buruk di negara-negara besar. Tingkat permintaan dari China menunjukkan tanda-tanda pelemahan bersama dengan Amerika Serikat. 

Meskipun kartel yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengurangi beberapa pembatasan produksi pada kuartal keempat, penurunan harga minyak mentah membuat rencana tersebut menjadi lebih menantang.

Analis Morgan Stanley Martijn Rats dalam catatannya mengatakan untuk jangka pendek, harga Brent telah turun lebih dulu dibandingkan dengan fundamentalnya. 

“Namun, dengan permintaan yang akan melambat setelah musim panas, dan pasokan OPEC dan non-OPEC meningkat mulai kuartal keempat, kami memperkirakan keseimbangan akan melemah dan berubah menjadi surplus pada tahun 2025,” kata Rats.

Sementara itu, di Timur Tengah, para perunding Israel tiba di Kairo untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan memperkuat kesepakatan untuk menghentikan perang di Gaza antara Israel dan Hamas, sebuah langkah yang dapat mengurangi ketegangan di wilayah penghasil minyak mentah tersebut.

Timespread pada pasar minyak menunjukkan kondisi yang tidak terlalu ketat, dengan selisih antara dua kontrak terdekat Brent semakin menyempit. Perbedaannya adalah 65 sen per barel, dibandingkan dengan level tertinggi 92 sen pada minggu lalu.

Jumat ini, para pedagang akan mengikuti simposium para gubernur bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, di mana Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan memberikan pidato yang dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan. Pernyataannya dapat berdampak pada dolar, serta permintaan energi yang lebih luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper