Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri reli 4 hari perdagangan berturut-turut dengan ditutup anjlok pada perdaganan hari ini, Kamis (22/8/2024), di tengah gelombang aksi demonstrasi “Peringatan Darurat” di berbagai daerah di Tanah Air.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup turun 0,87% atau 65,91 poin ke level 7.488,67 pada hari ini.
Pelemahan IHSG ditekan oleh koreksi harga saham emiten-emiten big caps a.l. BMRI turun 2,76% ke level Rp7.050, BBRI turun 0,98% ke posisi Rp5.050, BBCA minus 0,96% ke level Rp10.325, BBNI -3,21% ke level Rp5.275, dan TLKM turun 1,68% ke level Rp2.920 per saham.
Di sisi lain, kinerja IHSG pada hari ini topang oleh menghijaunya saham AMMN dengan kenaikan 2,89% ke level Rp10.675, UNTR naik 4,27% ke posisi Rp26.225, dan ADRO naik 3,07% ke level Rp3.360 per saham.
Dari dalam negeri, berbagai elemen masyarakat seperti kaum buruh, mahasiswa, hingga aktivis bakal turun ke jalanan untuk melakukan aksi demonstrasi "Peringatan Darurat" untuk "Kawal Putusan Mahkamah Konstitusi" (MK) terkait dengan Pilkada Serentak.
Aksi demonstrasi pada hari ini akan berfokus di tiga lokasi, yaitu di depan Gedung DPR RI dan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Di samping itu, ada juga aksi Kamisan yang bakal dilaksanakan di depan Istana Presiden, Jakarta.
Baca Juga
Selain sentimen gejolak politik, pasar juga menyoroti keputusan RDG Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di 6,25%.
Analis CGS Internasional Sekuritas Indonesia Mino mengatakan aksi unjuk rasa mendukung keputusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan UU Pilkada diharapkan tidak anarkis sehingga pelaku pasar akan melihat aksi tersebut sebagai suatu hal yang positif.
Sebaliknya, lanjut Mino, aksi demonstrasi "Peringatan Darurat" itu menjadi sentimen negatif terhadap pasar saham dalam jangka pendek. Menurutnya, selagi tidak menimbulkan kerusuhan atau aksi anarkis, demo-demo tersebut harusnya tidak akan berdampak negatif ke market.
"Tentunya harapannya kalaupun ada demo atau penolakan akan berlangsung dengan aksi damai ya. Jadi tidak ada anarkis," ucapnya kepada Bisnis, Kamis (22/8/2024).
Di luar sentimen aksi demonstrasi, dia menyoroti keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang menahan suku bunga atau BI Rate tetap di level 6,25%.
"BI Rate tetap sebenarnya sesuai dengan ekspektasi ya, harusnya sih cenderung positif tentunya. Karena kalau naik jelas negatif ya, kalau turun juga bisa jadi negatif karena bisa menjadi tekanan terhadap rupiah," ujarnya.
Mino menambahkan menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September berpotensi diikuti oleh BI dengan kebijakan serupa.
"Pemangkasan suku bunga acuan tentunya sangat positif ya untuk market kita," tambahnya.