Bisnis.com, JAKARTA — Baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia langsung menyoroti kinerja Pertamina ihwal lifting minyak yang terus mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.
Bahlil meminta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati untuk mengupayakan peningkatan lifting dari sejumlah sumur tua dari portofolio perusahaan pelat merah tersebut.
“Jadi ibu dirut Pertamina, ini kita harus bicara detail karena lifting kita turun terus, konsumsi naik, impor terus, barang kita ada,” kata Bahlil saat serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024).
Bahlil mengatakan pemerintah berkomitmen untuk memberikan insentif dan stimulus pemanis lainnya bagi perusahaan migas untuk bisa mengerek kembali lifting minyak saat ini.
“Kalau itu persoalan di regulasi, apa yang harus kita ubah, sweetener apa yang harus negara berikan agar kita kompetitif, karena tidak bisa lagi itu,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif secara resmi menyerahkan jabatannya kepada Bahlil Lahadalia yang sebelumnya menjabat sebagai menteri investasi/kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Baca Juga
Berdasarkan pantauan Bisnis, Arifin dan Bahlil telah meneken surat penyerahan jabatan di Ruang Sarulla, Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2024) pukul 11.13 WIB.
Serah terima jabatan (Sertijab) dilakukan secara langsung setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi melantik Bahlil Lahadalia pada Senin (19/8/2024) di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, peningkatan lifting minyak 1 juta barel per hari terbilang sulit untuk dikejar dengan aset tersedia saat ini.
Nicke menuturkan, perseroan belakangan tengah berfokus untuk menjaring lapangan-lapangan baru untuk menemukan cadangan minyak dari aset prospektif lainnya.
Harapannya, tingkat rasio cadangan minyak dan gas pengganti atau reserve replacement ratio (RRR) dari portofolio perusahaan migas pelat merah itu bisa dikerek lebih tinggi lagi untuk mengantisipasi tren kenaikan konsumsi mendatang.
“Kami memahami ini tidak mudah sehingga kalau tidak salah SKK Migas pun agak memundurkan sedikit target 1 juta barel tersebut,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Selasa (28/5/2024).