Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar investor tengah menantikan rencana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari sejumlah holding badan usaha milik negara (BUMN).
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas berpendapat IPO dari sejumlah holding pelat merah itu bakal signifikan mengerek kapitalisasi pasar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini.
“Rencana IPO BUMN holding akan menarik bagi investor karena potensi konsolidasi aset yang besar dan potensi bagi dividen yang besar,” kata Sukarno saat dihubungi, Minggu (18/8/2024).
Sebelumnya, Kementerian BUMN menyebutkan sejumlah holding yang memiliki nilai besar dalam jangka panjang seperti Pelindo, Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney serta holding tambang MIND ID.
Kendati demikian, kata Sukarno, rencana IPO itu bakal tergantung dari situasi pasar, fundamental, valuasi hingga regulasi pemerintah.
“Secara sekilas ketiga BUMN Holding tersebut memiliki kinerja yang bagus dan menghasilkan laba bersih jumbo,” tuturnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian BUMN di bawah komando Erick Thohir memberikan kisi-kisi adanya peluang IPO dari perusahaan pelat merah mulai dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo hingga MIND ID.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa dalam kurun 5 tahun ke depan, diharapkan muncul perusahaan-perusahaan pelat merah baru yang dapat masuk ke dalam daftar top perusahaan baik menurut Forbes maupun Fortune.
“Contohnya Pelindo Grup yang sudah kami merger menjadi Pelindo. InJourney yang sekarang menyatukan seluruh airport, wisata, dan juga Garuda. Nanti Grup MIND ID, jadi nanti akan ada size-size menengah yang akan menjadi besar, yang harapannya suatu hari mungkin akan kami bawa IPO,” kata Kartika dalam Market Outlook 2024 pada Selasa (16/7/2024).
Dengan langkah tersebut, pria yang akrab disapa Tiko ini berharap tidak ada lagi perusahaan pelat merah dengan valuasi kecil di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti PT Indofarma Tbk. (INAF) atau PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI).
“Kami akan fokus kepada BUMN-BUMN yang punya signifikan size dan memang punya kompetensi serta masa depan yang baik untuk bisa dibawa ke pasar modal,” ucapnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan kini ada 30 perusahaan yang masuk dalam antrean atau pipeline IPO. Namun, dari jumlah tersebut, belum ada yang berasal dari BUMN ataupun anak perusahaan pelat merah.
“Tunggu saja, wait and see pada pemerintahan baru, tetapi kami harapkan tahun depan mungkin ada BUMN atau anak BUMN yang akan IPO,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Dia menyatakan bahwa BEI menargetkan ada 62 perusahaan melantai di Bursa pada tahun ini. Jumlah itu melandai dibandingkan jumlah IPO pada 2023 yang mencapai 79 perusahaan.
Potensi Dividen Jumbo
Sementera itu, berdasarkan catatan Bisnis.com, pada awal masa Jokowi menjabat sebagai Presiden RI per 2014, BUMN menyetor dividen dengan nilai mencapai Rp40,31 triliun. Nilainya menyusut pada tahun berikutnya menjadi Rp37,64 triliun.
Selanjutnya, sepanjang periode pertama Jokowi menjadi Presiden RI atau 2014-2019, setoran dividen relatif stabil di kisaran Rp37 triliun hingga Rp50 triliun.
Kemudian, setoran dividen BUMN mulai mengalami gejolak kala pemerintahan Jokowi memasuki periode kedua 2019-2024.
Mengacu nota keuangan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengelolaan kekayaan negara dipisahkan (KND) mengalami pertumbuhan terendah pada 2021 yaitu terkontraksi sebesar 53,8%. "Hal ini karena berkurangnya setoran dividen BUMN," dikutip dari Buku II Nota Keuangan dan RAPBN TA 2025, Sabtu (17/8/2024).
Tercatat, setoran dividen BUMN jeblok dari Rp41,9 triliun pada 2020 menjadi Rp29,5 triliun pada 2021. Kondisi tersebut terjadi karena dampak penurunan kinerja BUMN saat pandemi Covid-19 merebak.
Meski begitu, setoran dividen BUMN perlahan pulih. Tercatat, pendapatan KND yang berasal dari dividen pada 2023 melonjak 102,1%, dampak dari membaiknya kinerja keuangan BUMN pada tahun buku 2022 yang didorong oleh semakin pulihnya kondisi perekonomian.
Adapun, tahun ini pendapatan KND dari dividen diperkirakan mencapai Rp85,84 triliun atau tumbuh 4,6%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan setoran dividen BUMN, baik dari sektor perbankan maupun nonperbankan.
Sementara, pendapatan KND dari dividen dalam RAPBN tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp86 triliun atau tumbuh 0,2% dari outlook 2024. Peningkatan tersebut didukung oleh penguatan tata kelola dan kinerja keuangan BUMN yang berkelanjutan di tengah dinamika stabilitas politik dan kondisi global.
"Peran BUMN ini akan terus ditingkatkan," kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2025 pada Jumat (16/8/2024).
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya berharap dalam 2 tahun hingga 3 tahun ke depan dividen BUMN berada di level Rp100 triliun.
“Tahun lalu laba kita Rp290 triliun dengan dividen ATH [all time high] Rp80 triliun lebih, dalam 2-3 tahun ke depan bisa Rp100 triliun,” kata Tiko dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024 pada April lalu (30/4/2024).
Tiko juga mengeklaim jika perbaikan struktur, transformasi budaya maupun keuangan yang dilakukan BUMN juga ikut dirasakan para masyarakat sebagai pemegang saham emiten BUMN.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.