Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Defisit RAPBN 2025 Bawa Sinyal Positif Buat Stabilitas Fiskal

Defisit RAPBN 2025 sebesar Rp616,2 triliun atau 2,53% terhadap PDB dinilai sebagai sinyal positif terhadap stabilitas fiskal.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI Tahun 2024 di Jakarta, Jumat (16/8/2024) - Youtube Setpres
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI Tahun 2024 di Jakarta, Jumat (16/8/2024) - Youtube Setpres

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mematok defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebesar Rp616,2 triliun atau 2,53% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dinilai sebagai sinyal positif terhadap stabilitas fiskal.

Ekonom Bahana TCW Investment Management Emil Muhammad menilai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 akan tetap menjaga pengelolaan fiskal.

"Dengan target defisit anggaran yang ditetapkan pada 2,53% untuk tahun 2025, yang berada di batas bawah rentang 2,45-2,82% yang direncanakan dalam KEM PPKF, dan proyeksi defisit yang menurun dari 2,7% pada akhir 2024, hal ini dapat dilihat sebagai sinyal positif terhadap stabilitas fiskal," kata Emil dalam keterangannya, Jumat (16/8/2024).

Dia menegaskan bahwa perkembangan tersebut berpotensi meningkatkan optimisme pelaku pasar terhadap aset keuangan domestik, khususnya Surat Berharga Negara (SBN).

Selain itu, dia menilai prospek pasar SBN masih baik di sisa tahun ini, kendati penguatan telah terjadi dalam sebulan terakhir. Hal tersebut dapat meredakan kekhawatiran pelaku pasar SBN yang semula memperkirakan pelebaran defisit.

Dia mengungkap dampaknya terhadap pergerakan imbal hasil SBN 10 tahun. Menurutnya risiko suplai memang masih membayangi akibat penerbitan utang yang dianggarkan sebesar Rp775,9 triliun, yang sebagian ditujukan untuk menggantikan SBN yang jatuh tempo di tahun depan.

Namun, dia menjelaskan bahwa dampak dari peningkatan suplai dapat diminimalisir seiring meningkatnya minat pelaku pasar terhadap SBN menjelang pemotongan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia.

"Kami masih menjaga optimisme pada SBN. Di tengah siklus penurunan suku bunga global yang baru dimulai, kami masih menilai SBN dapat menawarkan peluang return yang baik bagi investor. Volatilitas global yang mulai menurun juga dapat memberikan rasa aman lebih pada investor," ucapnya.

Menurutnya, investor dapat mencermati sentimen terkait prospek pemotongan suku bunga The Fed yang masih berfluktuatif bergantung pada rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) setiap pekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper