Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada masa pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dinilai dapat menguntungkan sektor konsumen, perbankan, dan konstruksi seiring dengan upayanya meningkatkan belanja secara signifikan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Mengutip Bloomberg pada Jumat (16/8/2024), Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memaparkan prioritas kebijakannya dalam APBN periode 2025. Rencana fiskal tersebut akan menjadi cetak biru bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang akan mulai menjabat pada Oktober.
Adapun, pasar saham Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dari sisi kapitalisasi pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah naik lebih dari 45% sejak Jokowi menjadi presiden sekitar satu dekade lalu. Indeks tersebut ditutup pada titik tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Rabu (14/8/2024) kemarin.
Catatan tersebut juga melampaui rekor sebelumnya pada pertengahan Maret yang dicapai ketika Prabowo Subianto diumumkan sebagai pemenang pemilu pada 14 Februari.
“Kami memperkirakan fokus pengeluaran anggaran kemungkinan akan mempertahankan status quo pada program-program era Jokowi dan memenuhi janji-janji kampanye pemilu Prabowo,” kata Barnabas Gan, penjabat kepala ekonom kelompok di RHB Bank Bhd.
Baca Juga
Berikut adalah sektor-sektor saham yang harus dicermati pada 2025 mendatang:
Konstruksi
Rencana Jokowi untuk memindahkan ibu kota negara ke Nusantara dapat mendorong pendapatan bagi perusahaan konstruksi seperti PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan produsen semen termasuk PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Prabowo secara terbuka telah berkomitmen untuk melanjutkan proyek tersebut. Dia juga berjanji untuk mempertahankan kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia yang berfokus pada pengolahan nikel, tembaga, dan manufaktur baterai. Rincian anggaran apa pun yang terkait harus mendukung para penambang termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan pengembang industri baterai listrik seperti PT Astra International Tbk (ASII).
Kesehatan
Pendanaan layanan kesehatan diprediksi akan meningkat dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas layanan kesehatan universal dan meningkatkan kualitas layanan, dengan fokus pada perkembangan kesehatan anak-anak, tulis analis PT Macquarie Sekuritas Indonesia termasuk Ari Jahja dan Akshay Sugandi dalam sebuah catatan.
Adapun, saham pilihan mereka pada sektor ini berdasarkan ekspektasi anggaran adalah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL).
Konsumen dan Perbankan
Sat Durham Fund Manager di Janus Henderson Group Plc menyebut, anggaran yang ekspansif dapat membuat saham konsumer dan perbankan menjadi lebih menarik, dan berdampak positif salah satunya ke PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sementara itu, Nomura Holdings Inc. juga menyukai saham konsumen Indonesia karena prospek pertumbuhannya.
Produsen makanan seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dapat memperoleh manfaat dari usulan pemerintah untuk mengalokasikan anggaran program makan siang sekolah gratis senilai Rp71 triliun (US$4,5 miliar) pada 2025.
Usulan tersebut merupakan salah satu janji kampanye utama Prabowo dan kemungkinan besar untuk diperluas di masa depan.
Mata Uang
Pernyataan Prabowo Subianto sempat memicu aksi jual di pasar obligasi setelah dirinya menyebut sedang mempertimbangkan peningkatan belanja negara.
Peristiwa ini menjadi pengingat betapa ketatnya pengawasan terhadap keputusan kebijakan keuangan negara ini, yang sempat harus mengambil dana talangan dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Funds/IMF) pada periode 1990an.
Adapun, para pejabat telah menekankan bahwa Prabowo berkomitmen terhadap keuangan yang bijaksana, dan telah mengurangi kekhawatiran pelaku pasar. Investor asing tercatat telah menanamkan dana bersih sebesar US$930 juta ke dalam obligasi pemerintah rupiah bulan ini, membantu mata uang tersebut menguat 3,6% terhadap dolar AS.
Hal tersebut membawa rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia sepanjang bulan Agustus.
Sementara itu, Philip McNicholas, Asia Sovereign Strategist di Robeco Group menyebut, pidato APBN Jokowi diprediksi tidak akan mempengaruhi sentimen karena berfokus pada rencana pemerintahan yang akan datang.
“Faktor-faktor global kemungkinan akan lebih berdampak untuk saat ini, khususnya apakah posisi pasar untuk pemotongan besar-besaran The Fed dapat dibenarkan atau tidak," ujar McNicholas.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.