Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Kebijakan Donald Trump Vs Kamala Harris Bayangi Pasar Modal RI

Kebijakan calon presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Kamala Haris dinilai akan berdampak terhadap pasar modal Indonesia.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Dinamika Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) yang mempertemukan Donald Trump dan Kamala Harris dinilai akan memberikan dampak terhadap pasar modal Indonesia.

Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Asset Management, Katarina Setiawan mengungkap perbedaan kebijakan Donald Trump dan Kamala Harris yang merupakan calon presiden (capres) AS saat ini, jika memenangkan Pemilu.

Dia mengatakan bahwa dalam Pemilu AS mendatang akan banyak dinamika, dan sangat dinamis.

Menurutnya, saat ini survei pendahuluan menunjukkan bahwa perolehan suara antara kedua calon sangat ketat, dan reaksi pasar tentu akan bergantung dari kebijakan masing-masing capres.

"Kalau dari Kamala kemungkinan besar itu adalah status quo. Jadi pasar mungkin lebih familiar dengan apa yang sudah dilakukan oleh Biden selama ini. Mungkin akan dilanjutkan oleh Kamala," katanya, saat ditanyai awak media dalam Webinar, pada Rabu (14/8/2024).

Sedangkan, dia menjelaskan, kalau Trump terpilih, menurutnya kebijakannya terkenal seperti pada saat Trump menjadi presiden, yakni kebijakan yang lebih American sentris.

"Dan ini juga kelihatan di masa yang lalu waktu Trump menjadi presiden. Suka ada kejutan-kejutan jangka pendek. Tapi secara keseluruhan pada saat pemerintahan Trump itu banyak noise," ucapnya.

Dia menilai bahwa selama pemerintahan Trump itu justru menghindari perang. Memang ini sangat dinamis dan perolehan suaranya sangat ketat.

Selain itu, dia juga melihat bahwa di luar siapapun yang nanti akan menang, kebijakan kedua capres itu akan sangat terkonstrain dengan kondisi budget AS.

"Jadi seperti APBN-nya mereka budgetnya bagaimana. Kemudian tentu The Fed yang independen itu juga akan sangat hati-hati dan mengambil kebijakan yang nantinya akan lebih kondusif terhadap pasar keuangan dari segi pemotongan suku bunga," ujarnya. 

Menurutnya, ini juga akan berdampak positif terhadap yield dari US Treasury, sehingga siapapun yang menang, kelihatannya kondisi atau kebijakan moneter itu sudah lebih kondusif saat ini. 

Seperti diketahui, perkembangan terakhir menunjukkan Joe Biden mundur dari pencalonannya, kemudian dari Partai Demokrat digantikan oleh Kamala Harris, untuk melawan Donald Trump dari Republikan, pada Pemilu yang digelar November 2024.

Target IHSG 2024

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan saat ini pasar memang diwarnai oleh kekhawatitan resesi AS. Investor gundah gulana melirik prospek perekonomian AS, termasuk tingkat pengangguran yang masih tinggi dan inflasi yang belum kunjung mereda.

Seperti diketahui, angka pengangguran AS di luar dari ekspektasi para ekonomi dunia. Statistik AS mencatat bahwa angka pengangguran per Juli naik menjadi 4,3%. Padahal proyeksi hanya di level 4,1%.

Hal tersebut membuat lantai bursa dunia merespons negatif rapor merah pengangguran AS.

Sukarno mengatakan apabila terjadi resesi di AS, akan terdapat dampak ke pasar saham global, termasuk IHSG. "Karena bisa menyebabkan penurunan permintaan global akibat pelambatan ekonomi AS," kata Sukarno kepada Bisnis.com, Jumat (9/8/2024)

Kemudian, terjadi capital outflow karena pelaku pasar biasanya akan menarik dananya dari pasar saham yang dianggap beresiko. Dengan begitu, terjadi penurunan aliran modal asing yang dapat menekan nilai tukar rupiah serta pelemahan IHSG. 

"Ketika terjadi capital outflow atau net sell asing biasanya saham-saham big cap dan sektor perbankan jadi sasaran asing," tutur Sukarno.

Menurut Sukarno, sebelumnya IHSG sudah sentuh target skenario bearish di 6.896 dan level terendah IHSG tahun ini di 6.698 per Juni 2024. Apabila skenario resesi dan IHSG bisa terdampak, maka tidak menutup kemungkinan indeks bisa ke level 6.950.

Sementara, untuk skenario bullish, tidak terjadi resesi, dan The Fed berpeluang menurunakan tingkat suku bunga, maka indeks bisa menguat. Setelah itu jika IHSG bisa menguji level resistance 7.354 ada peluang indeks lanjut uptrend ke target 7.576 dan 7.835.

Pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024) pukul 15.20 WIB, IHSG terpantau naik 1,02% atau 75,40 poin ke level 7.432,04. Adapun, IHSG mencatatkan penguatan 2,22% sepanjang tahun berjalan atau secara year-to-date (YtD).

___________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper