Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (26/7/2024) diprediksi flutuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.240—Rp16.300 jelang rilis data ekonomi AS pekan ini.
Pada perdagangan Kamis (25/7), rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,22% atau 35 poin ke posisi Rp16.250 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau melemah 0,22% ke level 103,900.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi tersebut disebabkan oleh data PDB AS kuartal II/2024 dan pertemuan The Fed akhir pekan ini.
Meskipun hanya sedikit orang yang memperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan ini, ada peluang bagus bahwa pesan The Fed untuk melakukan pivot pada bulan September akan menjadi lebih kuat, mengingat penurunan inflasi selama berbulan-bulan dan pertumbuhan yang lebih lambat.
Lebih dari tiga perempat ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan BOJ akan tetap bertahan pada bulan ini dan kemungkinan langkah selanjutnya pada bulan September atau Oktober.
Dugaan intervensi mata uang baru-baru ini membuat para spekulan bergegas menutup perdagangan carry trade yang selama ini menguntungkan, di mana mereka meminjam dalam yen dengan imbal hasil rendah dan berinvestasi dalam aset mata uang dengan suku bunga lebih tinggi.
Baca Juga
Selain itu, pasar Tiongkok mengalami penurunan tajam karena serangkaian data ekonomi yang lemah melemahkan sentimen terhadap negara tersebut. Perekonomian Tiongkok tumbuh kurang dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.
Dari dalam negeri, Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming perlu berhati-hati karena harus menghadapi utang jatuh tempo yang diwariskan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) lima tahun ke depan atau hingga 2029 yang tembus Rp3.748,2 triliun dan pemerintahan baru memiliki janji yang luar biasa banyak.
Profil jatuh tempo utang pemerintah yang terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) mencapai total Rp3.245,3 triliun untuk periode 2025 hingga 2029.
“Sementara jatuh tempo pinjaman pada periode yang sama akan mencapai Rp502,9 triliun. Secara total, maka mencapai Rp3.748,2 triliun,” jelasnya dalam riset harian, Kamis (25/7/2024).
Untuk itu, pemerintah selanjutnya harus lebih berhati-hati, karena ketika pemerintah berutang untuk menutup defisit, ada imbal hasil atau bunga yang perlu dibayar. Nominal di atas pun belum termasuk pembayaran bunga utang pemerintah.
Adapun, untuk perdagangan hari ini, Jumat (26/7/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.240 - Rp16.300 per dolar AS.