Bisnis.com, JAKARTA — Saham Astra (ASII) tengah diperdagangkan dengan nilai PER dan PBV yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata dalam 5 tahun terakhir.
Pergerakan harga saham PT Astra International Tbk. (ASII) langsung tancap gas pada sesi pembukaan Senin (8/7/2024). Mahar per lembar langsung menguat 20 poin Rp4.600.
Harga saham ASII lanjut menguat hingga Senin (8/7/2024) pukul 10:55 WIB. Pergerakan menguat 1,09% ke Rp4.630.
Kendati demikian, saham ASII masih mencetak return negatif untuk periode berjalan tahun ini. Harga terkoreksi 18,05% year-to-date (ytd) 2024.
Sejalan dengan koreksi, saham ASII kini dibanderol dengan valuasi terdiskon baik dari sisi price earning ratio (PER) maupun price to book (PBV).
Berdasarkan data Bloomberg, saham ASII memiliki nilai PER 5,69 kali. Posisi itu berada di bawah rata-rata PER 5 tahun terakhir di 7,77 kali.
Baca Juga
Selain itu, nilai PBV 0,90 kali saat ini juga berada di bawah rerata 1,23 kali dalam 5 tahun terakhir.
Baru-baru ini, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyoroti laporan penjualan wholesale kendaraan roda empat yang menembus 71.263 unit pada Mei 2024. Realisasi itu mencerminkan kenaikan 46,5% secara bulanan meski terkoreksi 13,3% year-on-year (yoy).
Secara kumulatif, penjualan wholesale kendaraan roda empat di pasar domestik mencapai 334.969 unit pada Januari 2024 hingga Mei 2024. Jumlah tersebut turun 21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Mirae menggarisbawahi Astra International masih memimpin pangsa pasar penjualan mobil pada Mei 2024. ASII tercatat membukukan penjualan 41.314 unit atau naik 53,5% secara bulanan.
Selain itu, Astra mampu mengerek pangsa pasar mereka dari 55% pada Mei 2023 menjadi 58% untuk periode Mei 2024.
“Alasan utama dominannya pangsa pasar ASII yakni pemain lain yang memiliki penjualan jauh lebih rendah,” tulis Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli dikutip, Jumat (28/6/2024).
Mirae mempertahankan peringkat overweight untuk sektor saham otomotif. Saham ASII menjadi top picks dengan rekomendasi trading buy dan target harga Rp6.050 per lembar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.