Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) membeberkan rencana strategis usai mengakuisisi perusahaan farmasi asal Australia yakni Probiotec Limited. Ke depan, perseroan membidik ekspansi ke pasar Asean hingga China.
Direktur PYFA Paulus Widjanarko mengatakan setelah akuisisi tersebut, kini perseroan memiliki empat pabrik, yakni Probiotec Pharma, PT Ethica Industri Farmasi, PT Holi Pharma, dan PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA).
Dari berbagai pabrik tersebut, perseroan juga sudah melakukan penjualan ekspor ke berbagai negara termasuk Filipina, Singapura, Timor Leste, Singapura, dan Hongkong. Menurutnya, perseroan juga tengah dalam proses untuk mengekspor produk ke Australia, sembari menunggu sertifikat TGA atau The Therapeutic Goods Administration.
"Apakah berhenti sampai di Australia? Tidak. Karena kami ingin ekspansi ke Asia Tenggara dan kawasan Asia. Itu adalah market yang cukup besar, apalagi di China yang cukup advance untuk bisa membuat produk itu jadi lebih ekonomis," ujar Paulus kepada wartawan, Senin (24/6/2024).
Kendati demikian, dia mengatakan PYFA belum menentukan target kapan akan melakukan ekspansi ke kawasan Asean dan China tersebut.
"Kami maunya secepatnya. Tapi kembali lagi, setiap negara itu kan punya regulasi dan punya pasar yang berbeda. Seandainya pun China, kami juga cukup hati-hati karena mereka cukup strong di dalam suplai [obat-obatan],” katanya.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, emiten farmasi PYFA telah merampungkan pembelian atas 100% saham Probiotec Limited tersebut dilakukan dengan nilai transaksi sekitar 252 juta dolar Australia atau sekitar Rp2,75 triliun (kurs Rp10.930 per AUD).
Paulus mengatakan, penyelesaian transaksi itu dilakukan pada 18 Juni 2024 di Australia, sehingga PYFA menjadi emiten pertama di Indonesia yang perdana mengakuisisi perusahaan terbuka asal Australia melalui proses Scheme of Arrangement.
Menurutnya, akuisisi ini tak hanya memperkuat posisi Pyridam Farma di pasar global, tetapi juga membuka peluang baru untuk ekspansi dan kerja sama di industri farmasi, memperoleh akses kepada teknologi serta research and development (R&D) yang lebih mumpuni, efisiensi operasional, dan akses kepada sumber daya dan fasilitas produksi yang lebih baik.
Seiring dengan aksi korporasi tersebut, PYFA membidik pendapatan sebesar Rp2,28 triliun hingga akhir 2024, atau naik dari pendapatan 2023 sebesar Rp702 miliar.
Sebagai informasi, Probiotec Limited merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar asal Australia dalam bidang manufaktur dan pengemasan yang bermitra dengan pemain besar global seperti Johnson & Johnson, Pfizer, iNova, Blackmores, dan lainnya untuk berbagai produk obat dan produk kesehatan konsumen lainnya.
Menilik kinerja keuangannya, PYFA membukukan penjualan sebesar Rp151,63 miliar per kuartal I/2024. Penjualan itu turun 8,02% dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp164,86 miliar.
Meski penjualan turun, namun beban pokok PYFA justru naik 1,18% menjadi Rp92,56 miliar, dibandingkan kuartal I/2023 sebesar Rp91,48 miliar.
Alhasil, PYFA membukukan rugi bersih sebesar Rp45,31 miliar atau membengkak 268,06% secara year-on-year (YoY) dibandingkan tiga bulan pertama 2023 sebesar Rp12,31 miliar.
Mengacu data RTI Business Senin (24/6/2024) pukul 14.55 WIB, saham PYFA naik 2,80% posisi Rp110 per saham. Namun, secara year-to-date (YtD) saham PYFA ambles 26,55%.