Perbaiki Fundamental, Rasionalisasi Pabrik Kimia Farma Diapresiasi

PT Kimia Farma Tbk (KAEF), perusahaan healthcare terintegrasi, berencana merasionalisasikan kapasitas terpakai pabrik obat milik perseroan agar lebih profitable
Foto: Perbaiki Fundamental, Rasionalisasi Pabrik Kimia Farma Diapresiasi
Foto: Perbaiki Fundamental, Rasionalisasi Pabrik Kimia Farma Diapresiasi

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kimia Farma Tbk (KAEF), perusahaan healthcare terintegrasi, berencana merasionalisasikan kapasitas terpakai (utilitas) pabrik obat milik perseroan agar lebih efisien dan profitable.

Rencana ini mendapatkan apresiasi dari Anggota Komisi VI DPR RI, Harris Turino. Haris mengatakan strategi relokasi fasilitas produksi yang tidak efisien ke pabrik lain yang lebih optimal dinilai sebagai langkah yang tepat.

"Itu [rasionalisasi pabrik KAEF] memang perlu dilakukan dalam 2-3 tahun ke depan agar kinerja KAEF bisa maksimal. Prosesnya [penataan pabrik] bisa sampai dua hingga tiga tahun," ujar Harris, Sabtu (22/6/2024).

Saat ini, KAEF memiliki 10 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, yakni Pabrik Sinkona (Subang), Pabrik Banjaran (Bandung), Pabrik Marin Liza (Bandung), Pabrik Lucas Djaja (Bandung), Pabrik Sungwun (Cikarang), Pabrik Phapros (Semarang), Pabrik Watudakon (Jombang), serta tiga pabrik lainnya di Jakarta, Semarang, dan Bali. Rerata utilitas 10 pabrik ini berada di bawah 40% untuk operasional 3 shift.

Harris menjelaskan bahwa pemindahan fasilitas produksi obat-obatan membutuhkan proses perizinan yang lama karena harus mendapatkan izin dari regulator seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan serta instansi lainnya.

Selain itu, potensi pasar farmasi di Indonesia masih sangat prospektif. Oleh sebab itu, KAEF masih memiliki prospek yang bagus meskipun saat ini menghadapi banyak tantangan seperti neraca keuangan yang masih negatif. Sebagai BUMN, KAEF memiliki peran strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

“Bisnis KAEF ini bukannya tidak menjanjikan. Bisnisnya menjanjikan. Namun, secara beban mereka terlalu besar. Jadi kalau beban ini bisa ditata ulang, dikelola dengan baik, saya yakin [bisnis KAEF] ke depan pasti bagus,” ujar Harris.

Sementara itu, Senior Analyst Certified Securities Analyst (CSA) Research Institute, Reza Priyambada, menambahkan setiap perusahaan di industri apa pun menghadapi tantangan untuk terus berinovasi dan beradaptasi terhadap pasar yang dinamis dan cepat berubah.

Ia mencontohkan bahwa saat pandemi Covid-19, perusahaan farmasi cenderung meningkatkan kapasitas produksinya. Hal ini disebabkan oleh anomali pasar yang mengalami lonjakan permintaan. "Akan tetapi, pasca- pandemi saat ini, apakah kita masih mau menggunakan pendekatan seperti saat pandemi dulu? Kan tidak mungkin. Sehingga perubahan adalah hal yang tidak bisa terelakkan lagi," tutur Reza.

Reza menjelaskan bahwa salah satu langkah yang ditempuh untuk merespons perubahan tersebut adalah dengan melakukan penataan ulang atas jaringan pabrik yang ada saat ini. "Logikanya, mengapa kita memiliki banyak mobil jika yang digunakan hanya beberapa saja? Begitu juga dengan pabrik. Kita tahu, setiap pabrik pasti memiliki beban biaya yang harus ditanggung, mulai dari tenaga kerja, pasokan listrik, aset tanah, bangunan, perpajakan, dan lain-lain. Untuk kinerja produksi yang lebih efisien, penutupan beberapa pabrik memang harus dilakukan," ungkap Reza.

Menurut Reza, karyawan juga tidak bisa menutup mata terhadap tuntutan perusahaan untuk senantiasa melakukan perubahan agar tetap bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat. Di lain pihak, komitmen perusahaan untuk memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai ketentuan yang berlaku juga perlu diapresiasi.

Namun demikian, meskipun telah berkomitmen untuk memenuhi hak karyawan yang terdampak, Reza berharap manajemen Kimia Farma dapat lebih bijaksana dalam mengelola pegawai yang berpotensi terdampak akibat rasionalisasi pabrik. Solusi yang dapat diupayakan adalah dengan mengakomodasi SDM dari pabrik yang ditutup ke pabrik yang masih dipertahankan dan akan ditingkatkan utilitasnya.

Jika opsi tersebut tidak memungkinkan, Kimia Farma dapat memberikan pendampingan dan pelatihan keterampilan yang diperlukan bagi karyawan terdampak agar dapat terjun ke dunia wirausaha. Termasuk membuka opsi kerja sama bagi karyawan terdampak untuk tetap berkecimpung di ekosistem industri farmasi, misalnya dengan menjadi mitra binaan, membuka usaha apotek atau klinik kesehatan dengan produk yang dipasok oleh Kimia Farma.

Sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma juga fokus pada pengembangan produk-produk inovatif, termasuk obat-obatan generik dan produk kesehatan lainnya yang terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, perseroan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan apotek dan klinik yang dimiliki guna memberikan layanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat.

Sebelumnya, Direktur Utama KAEF, David Utama mengumumkan pihaknya akan melakukan reorientasi bisnis dan restrukturisasi keuangan untuk menjaga kinerja perusahaan tetap positif dan berkelanjutan di tengah tantangan pasar farmasi nasional.

"Kami akan melakukan restrukturisasi keuangan untuk meringankan beban keuangan perusahaan. Kemudian, melakukan berbagai pembenahan melalui strategi reorientasi bisnis sehingga operasional perusahaan bisa lebih efisien dan profitable," jelas David Utama, Selasa (04/6/2024).

Restrukturisasi keuangan KAEF bertujuan untuk mengelola beban keuangan, baik modal kerja maupun antisipasi kenaikan suku bunga perbankan. Sedangkan reorientasi bisnis akan dilaksanakan pada semua anak usaha KAEF, termasuk penataan fasilitas produksi, penataan portofolio produk, optimalisasi kanal penjualan, strategi kepemimpinan biaya, dan transformasi sumber daya manusia (SDM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper