Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha Pelindo, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) telah menangani impor ribuan unit mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) asal China, BYD Auto Co. Ltd ke Indonesia.
Direktur Operasi dan Teknik IPCC Bagus Dwipoyono mengatakan ada sebanyak 2.301 unit mobil listrik BYD mendarat di IPCC, terhitung sejak 3 Juni 2024 dalam tiga kunjungan kapal terakhir. Menurutnya jumlah itu melonjak signifikan dibandingkan pengiriman sebelumnya sebanyak 154 unit pada Desember 2023.
Alhasil, terhitung sejak Januari 2023, ada sebanyak 2.479 unit mobil listrik BYD yang diimpor utuh (completely built up/CBU) dan ditangani oleh IPCC. Dia memprediksi kegiatan impor dan ekspor kendaraan akan semakin meningkat, terutama bagi mobil listrik China yang belum memiliki pabrik di Indonesia.
"Terlebih lagi, BYD baru mendapatkan rekomendasi perizinan impor dari pemerintah sebanyak kurang lebih 20% dari total kapasitas produksi [CBU] mereka,” ujar Bagus dalam keterangannya, Jumat (21/6/2024).
Guna menghadapi lonjakan impor dan ekspor kendaraan yang diprediksi terjadi pada Oktober 2024, dia mengatakan IPCC tengah mempersiapkan sistem digital (PTOS-C) bongkar muat terintegrasi yang dikembangkan bersaham entitas Pelindo lainnya, yakni ILCS. Sistem itu akan dilakukan soft launching pada semester II/2024.
Sebagai tambahan informasi, IPCC telah melayani impor empat model mobil BYD yang akan dipasarkan di Indonesia. Keempat mobil BYD tersebut adalah BYD Seal, Atto3, Dolphin, dan Yangwang U8.
Baca Juga
Adapun, kapasitas produksi BYD di pabrik Subang, Jawa Barat terhitung sebesar 150.000 unit per tahun, dengan demikian jumlah kendaraan yang dapat diimpor mencapai 15-30.000 unit per tahun.
"Untuk itu, IPCC mengoptimalkan layanan bongkar muat kendaraan yang terintegrasi di IPCC untuk mendukung kelancaran para automaker dalam mendistribusikan kendaraannya," pungkasnya.
Risiko untuk ASII
Kalangan analis menilai, sejalan dengan datangnya mobil listrik asal China, BYD Auto Co. Ltd maka hal itu akan memberikan risiko untuk menggerus pangsa pasar emiten konglomerasi, PT Astra International Tbk. (ASII) terutama di segmen kendaraan listrik.
Sejalan dengan kekhawatiran analis tersebut, sepanjang 2024 saham ASII juga telah terkoreksi 20,53% secara year-to-date (YtD) dan parkir di level Rp4.490 pada Jumat (21/6/2024).
Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti turut menanggapi soal harga saham ASII yang mengalami koreksi sepanjang tahun berjalan, terutama karena sentimen negatif dari segmen kendaraan listrik.
"Kami meyakini hal ini terutamanya disebabkan karena reaksi pasar terhadap munculnya persaingan baru di segmen kendaraan listrik berbasis baterai [BEV], yang dianggap dapat mengancam posisi Astra di pasar otomotif. Kami tidak setuju mengenai kekhawatiran ini," ujar Tira kepada Bisnis, Kamis (6/6/2024).
Oleh sebab itu, dia mengatakan Toyota Astra Motor akan memperkenalkan 3 model BEV dalam 2 tahun ke depan. Selain itu, ASII juga akan terus memperkenalkan model-model HEV untuk memenuhi selera dan kebutuhan pelanggan dalam hal product package seperti desain, kapasitas interior, kenyamanan, serta harga yang kompetitif.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.