Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham Bank dan Proyeksi IHSG Pekan Ini, Bursa Libur 2 Hari

IHSG pada pekan ini diprediksi terimbas sentimen Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan dan proyeksi ekonomi ke depan.
Arlina Laras, Rizqi Rajendra
Arlina Laras & Rizqi Rajendra - Bisnis.com
Senin, 17 Juni 2024 | 07:35
Mahasiswa beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/2/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Mahasiswa beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/2/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan ini diprediksi terimbas sentimen Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan dan proyeksi ekonomi ke depan.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (14/6/2024), IHSG parkir melemah 1,42% atau 96,73 poin ke level 6.734,83. Angka tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan, karena IHSG anjlok 7,40% secara year-to-date (YtD).

Saham perbankan jumbo pun kompak melemah pada akhir pekan, yakni BBNI terkoreksi 3,79% ke Rp4.310, disusul BBRI turun 3,02% ke Rp4.180 per saham. Berikutnya, BMRI melemah 2,13% ke Rp5.750, sedangkan BBCA stagnan di level Rp9.200 per saham.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan libur selama 2 hari perdagangan pekan ini, yakni pada 17 dan 18 Juni 2024 karena Hari Raya Iduladha 1445 H dan cuti bersama. Setelahnya, investor perlu mencermati hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) BI pada Kamis (20/6/2024).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan, seiring dengan liburnya BEI pada Senin dan Selasa, dia berharap pergerakan bursa global tidak bergerak fluktuatif yang berisiko berdampak ke indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Bursa Indonesia akan libur pada Senin dan Selasa, mudah-mudahan bursa global tidak bergerak fluktuatif pada dua hari itu, mengingat bursa Eropa pada beberapa hari ke belakang cukup volatil terdampak hasil pemilu parlemen Uni Eropa," ujar Adityo kepada Bisnis, Minggu (16/6/2024).

Dia mengatakan, data ekonomi yang akan dinantikan pada pekan depan antara lain keputusan RDG Bank Indonesia terkait BI Rate, yang diperkirakan masih akan dipertahankan di level 6,25%. Selain itu juga akan dinantikan keputusan suku bunga Bank of England dan tingkat inflasi Inggris yang berpotensi menjadi penggerak pasar pada pekan depan. 

"Untuk saham sendiri tampaknya bilamana BI Rate tetap dipertahankan di level 6,25% efeknya paling tidak cukup netral bagi saham-saham perbankan yang saat ini masih diterpa tekanan jual," katanya.

Prospek Saham Bank dan Proyeksi IHSG Pekan Ini, Bursa Libur 2 Hari

Mirae Asset Sekuritas memprediksi pada pekan depan level support IHSG di 6.713 dan 6.663, sementara untuk resistance di level 6.783 dan 6.827. Alhasil, Adityo menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu sembari menunggu tekanan jual di pasar mulai mereda.

Dari sentimen global, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, apa yang terjadi dengan IHSG saat ini berkiblat kepada AS, terutama kebijakan moneter The Fed yang masih bernada hawkish.

Tak hanya itu, menurutnya pasar saham Indonesia kehilangan daya tariknya di mata investor asing, tecermin dari aksi jual neto (net sell) sebesar Rp8,56 triliun di pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (14/6).

"Apa yang terjadi di dunia keuangan saat ini, termasuk juga IHSG di Indonesia, semuanya itu berkiblat kepada AS. Investor asing sekarang enggan untuk investasi di emerging market, termasuk juga Indonesia," jelas Liza dalam diskusi virtual yang digelar oleh Indonesia Investment Education pada Sabtu (15/6/2024). 

Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%—5,5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (12/6/2024) waktu AS. Pejabat Fed pun mengisyaratkan pemangkasan hanya terjadi satu kali tahun ini.

Liza mengatakan, jika The Fed tidak memangkas suku bunga pada September 2024, kemungkinan pemangkasan suku bunga akan sulit terjadi pada kuartal IV/2024, mengingat belanja masyarakat AS akan meningkat dengan adanya momentum Natal dan Pemilu AS.

Prospek Saham Bank

Kinerja harga saham bank jumbo seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI kompak jeblok dalam sepekan.

Berdasarkan RTI Business, harga saham BMRI turun 2,13% ke level Rp5.750 pada penutupan perdagangan Jumat, (16/6/2024). Dalam sepekan, harga saham BMRI turun 8,37%. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham BMRI pun turun 4,96%.

Kemudian, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) pun turut mencatatkan penurunan 3,79% ke level Rp4.310. Adapun, dalam sepekan harga saham BBNI terkoreksi 8,3% dan sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham BBNI pun turun 19,81%.

Nasib yang sama juga terjadi pada harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang ikut melesu 3,02% ke level Rp4.180. Harga saham BBRI pun turun 3,91% dalam sepekan. Lalu, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham BBRI pun turun 26,99%.

Sementara itu, harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami stagnan di level Rp9.200. Namun, BBCA mencatatkan penurunan harga saham 1,34% dalam sepekan. Harga saham BBCA pun turun 2,13% ytd.

Otoritas Jasa Keuangan mencatatkan pergerakan harga saham merupakan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti permintaan dan penawaran, makro ekonomi, maupun pengaruh dari situasi global.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pergerakan harga saham di bursa dapat terjadi pada berbagai sektor usaha.

"Ini juga termasuk sektor keuangan, sehingga dinamika yang ada dipandang sebagai hal yang lumrah dan sejalan dengan mekanisme pasar yang ada," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (16/6/2024).

Di sisi lain, CEO Jooara Rencana Keuangan Gembong Suwito menuturkan penyebab lesunya saham big bank lantaran investor asing yang masih terus dominan jual (outflow).

“Kurs rupiah kita saat ini sentuh Rp16.400 dibandingkan dolar. [Meski] BI sudah intervensi pasar dengan kebijakan moneternya, cadangan devisa dan kenaikan BI Rate 25 bps masih belum ampuh menahan pelemahan rupiah kita. Bisa jadi pertemuan Juni-Juli BI akan menaikkan suku bunga acuan jika Rupiah kita terus melemah,” ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (15/6/2024).

Menurutnya, kebijakan full call auction dari bursa juga membuat pelaku pasar kurang setuju.

“Kemudian, belum adanya postur APBN pemerintahan baru seperti program-program populer misalnya makan siang gratis plus orang-orang kementerian yang mendudukinya,” ucapnya.

Ke depan, dalam satu hingga dua bulan, kata Gembong, harga saham big bank masih dominan turun jika pola investor asing masih sama yaitu dominan sell dan rupiah masih melemah.

Terkait rekomendasi, BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI memiliki target harga yang berbeda, masing-masing Rp10.600; Rp6.150; Rp7.450 dan Rp6.050.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper