Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moratelindo (MORA) Tak Gentar Hadapi Starlink

Moratelindo (MORA) meyakini kehadiran satelit orbit rendah, Starlink, tidak akan mengusik pasar layanan internet di Indonesia yang berbasis fiber optik.
Dionisio Damara Tonce,Rika Anggraeni
Jumat, 14 Juni 2024 | 08:00
PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) atau Moratelindo meyakini kehadiran satelit orbit rendah, Starlink, tidak akan mengusik pasar layanan internet di Indonesia yang berbasis fiber optik. / dok. Starlink
PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) atau Moratelindo meyakini kehadiran satelit orbit rendah, Starlink, tidak akan mengusik pasar layanan internet di Indonesia yang berbasis fiber optik. / dok. Starlink

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten infrastruktur telekomunikasi PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) atau Moratelindo meyakini kehadiran satelit orbit rendah, Starlink, tidak akan mengusik pasar layanan internet di Indonesia yang berbasis fiber optik, lebih dari itu, kehadiran Starlink justru berpeluang mendatangkan cuan bagi perseroan.

Chief Strategic Business Officer Moratelindo Resi Y. Bramani mengungkapkan, Starlink merupakan produk pengganti fiber optik di daerah terpencil Indonesia. Oleh karena itu, kehadirannya tidak akan mendisrupsi layanan fiber optik ke depan.

“Kami tidak melihat Starlink mampu menggantikan teknologi fiber optik. Selain itu, Starlink harganya masih relatif mahal dibandingkan dengan harga fiber optik,” ujarnya dalam paparan publik yang digelar di Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Di sisi lain, MORA melihat adanya peluang dari kehadiran Starlink di Indonesia. Resi menilai kelak perusahaan-perusahaan kecerdasan artifisial (AI) bakal menjamur, sehingga kebutuhan data center atau pusat data diperkirakan meningkat.

“Peluang ini menjadi momentum yang bagus karena kami memiliki backbone dengan kapasitas yang sangat besar. Kami terus berinovasi dalam pengembangan produk dan meningkatkan layanan internet untuk menghadapi masuknya Starlink di Indonesia,” tuturnya.

Resi menambahkan pihaknya juga terus mendorong pemerintah agar memberikan perlakuan yang setara antara Starlink dengan para penyelenggara jasa internet yang sudah di Tanah Air.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Moratelindo Jimmy Kadir meyakini fiber optik masih menjadi yang tercepat di industri jasa internet, meski harus diakui layanan tersebut tak mampu menjangkau daerah-daerah terpencil.

Oleh karena itu, kehadiran Starlink akan menjadi pelengkap untuk memenuhi kebutuhan internet di daerah-daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). Kemunculan Starlink juga membuat persaingan di industri layanan internet kian kompetitif.

“Kompetisi yang ada ini malah lebih bagus, supaya kita lebih kompetitif secara sehat dan memberikan kualitas yang lebih bagus untuk pelanggan,” kata Jimmy.

Satelit Starlink
Satelit Starlink

Senada, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel juga meyakini kehadiran layanan internet Starlink besutan Elon Musk itu ke Indonesia justru akan menguntungkan bisnis perseroan.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bahwa masuknya Starlink ke Indonesia dimanfaatkan emiten bersandi saham MTEL itu untuk menjadi backhaul.

Backhaul sendiri merupakan infrastruktur telekomunikasi yang membuat akses komunikasi data seseorang menjadi lebih cepat. Artinya, tanpa kehadiran backhaul atau jaringan pengalur, masyarakat di suatu lokasi tidak akan mendapat akses internet. 

Pria yang akrab disapa Teddy itu melihat kehadiran Starlink menjadi peluang tersendiri bagi perusahaan. Pasalnya, Mitratel bekerja sama dengan Starlink melalui PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

“Kami adalah pihak yang paling diuntungkan dengan adanya Starlink. Stralink ini adalah layanan yang idealnya bisa digunakan untuk menjadi backhaul,” kata pria yang akrab disapa Teddy dalam Paparan Publik Mitratel di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Teddy menjelaskan bahwa backhaul ini digunakan untuk mengaktifkan Base Transceiver Station (BTS) yang sulit mendapatkan konektivitas terestrial.

Menurutnya, hal ini bisa menjadi solusi dengan memanfaatkan satelit berbasis LEO milik Starlink.

“Jadi kami melihat ini [Starlink] sebagai suatu peluang,” ungkapnya.

Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan bahwa perusahaan bekerja sama dengan Starlink sebagai backhaul untuk menjangkau remote area.

Hendra mengaku bahwa Mitratel bisa membangun menara (tower) di wilayah tersebut, sehingga penetrasi internet di daerah rural area akan menjadi lebih mudah dan cepat karena Starlink sebagai penyedia backhaul.

Di samping itu, Hendra menyatakan bahwa dari sisi biaya juga akan lebih efisien.

“Karena Starlink itu biayanya akan dibagikan ke masyarakat yang menggunakan handphone. Jadi masyarakat tidak perlu membeli satelit dan langganan starlink langsung, tetapi cukup menggunakan hp biasa menggunakan ARPU [Average Revenue Per Unit],” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Ririek Adriansyah menyatakan kehadiran layanan Starlink akan melengkapi kebutuhan internet di Indonesia.

Ririek mengatakan Starlink memiliki kelebihan sekaligus kekurangannya tersendiri jika dibandingkan dengan serat optik milik Telkom.

Layanan internet berbasis fiber optik, memiliki kilobit per detik atau kbps lebih besar dibandingkan layanan nirkabel ataupun satelit.

Namun, layanan ini memiliki keterbatasan untuk menjangkau daerah-daerah jarang penduduk. Proses penarikan kabel optik membutuhkan ongkos yang mahal, sementara itu dari skala ekonomis kurang. Untuk itu, layanan Starlink dinilai lebih cocok untuk daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).  

“Untuk daerah yang lebih rural lagi 3T, misalnya, [layanan] satelit menjadi opsi yang lebih baik dibandingkan dengan layanan nirkabel maupun fiber optik,” ujarnya dalam konferensi pers Digiland Run 2024 di Jakarta, Senin (10/6/2024).

Sebagaimana diketahui, Starlink, layanan internet milik SpaceX, resmi beroperasi pada Mei 2024 di Indonesia.

SpaceX sudah mengajukan perizinan sebagai penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP).

Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (DJPPI) Kemenkominfo Aju Widya Sari mengatakan Starlink telah mengantongi izin dan diperbolehkan menyelenggarakan usaha di Indonesia.

Jika suatu penyelenggara telah mengantongi izin, kata dia, perusahan berhak menyelenggarakan usahanya di Indonesia sepanjang tidak menyalahi aturan yang berlaku di Indonesia. 

“Tidak ada penghentian izin penyelenggaraan untuk Starlink, mereka sudah dapat izin, mereka sudah boleh berusaha, sudah memenuhi persyaratan izin,” kata Aju belum lama ini.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper