Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Produksi Batu Bara RI Ketinggian, Realisasi Baru 30%

Jelang akhir semester I/2024 produksi batu bara di Indonesia baru sekitar 30% dari total target 922 juta ton.
Jelang akhir semester I/2024 produksi batu bara di Indonesia baru sekitar 30% dari total target 922 juta ton. JIBI/Bisnis/Abdurachman DORONG HILIRISASI BATU BARA
Jelang akhir semester I/2024 produksi batu bara di Indonesia baru sekitar 30% dari total target 922 juta ton. JIBI/Bisnis/Abdurachman DORONG HILIRISASI BATU BARA

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi batu bara Indonesia pada tahun ini diperkirakan tidak mencapai target. Asosiasi pengusaha pertambangan pesimistis lantaran target yang dipatok dianggap terlalu tinggi.

Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan sampai dengan menjelang akhir semester pertama 2024 saja produksi batu bara di Indonesia baru sekitar 30% dari total target sebesar 922 juta ton setahun penuh.

“Produksi sampai dengan saat ini masih sekitar 30% dari target, sehingga kemungkinan total produksi batu bara tahun ini tidak akan mencapai target,” kata Hendra ketika ditemui di kantornya di Jakarta baru-baru ini.

Hal ini diprediksi berlangsung hingga tahun depan karena kondisi pasar yang tengah oversupply, di mana peningkatan permintaan tidak selaras dengan tren kenaikan produksi.

Adapun, peningkatan permintaan pasar terhadap batu bara dalam negeri berada di kisaran 2% per tahun, sedangkan produksi bisa melonjak sampai dengan 10% setiap tahunnya.

Tahun lalu, produksi batu bara di Tanah Air mencapai 775 juta ton, naik 12%-13% secara tahunan (year on year/yoy) dari angka 695 juta pada 2022.

Permintaan sebagian besar masih datang dari China dan India, yakni, sebesar 60% hingga 65% dari hampir total ekspor batu bara nasional. Sebagaimana diketahui, sebanyak 98% komoditas batu bara Tanah Air di ekspor ke pasar Asia.

“Di belakang China dan India, menyusul Kawasan Asia Tenggara, Jepang, Korea, dan Taiwan. Jadi, permintaan pasarnya tidak banyak berubah. Masih didominasi oleh pemain lama,” kata Hendra.

Adapun, kondisi oversupply yang terjadi saat ini berpotensi memberikan dampak negatif terhadap kemampuan produksi batu bara dalam negeri. Terutama, jelas Hendra, karena dampaknya terhadap harga komoditas yang selama ini menjadi tantangan serius bagi industri.

Belum lagi, tambahnya, produksi batu bara masih berhadapan dengan tantangan-tantangan lain seperti curah hujan tinggi, proses persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan (RKAB) yang lambat, hingga keterbatasan persediaan alat berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper