Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-Pilih Investasi Reksa Dana saat Pasar Tertekan

Kondisi pasar saham dan obligasi yang tertekan membuat investor perlu lebih cermat dalam memilih instrumen investasi reksa dana.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi pasar saham dan obligasi yang tertekan membuat investor perlu lebih cermat dalam memilih instrumen investasi reksa dana. Sebab kinerja imbal hasil atau return reksa dana tak lepas dari kinerja aset dasar atau underlying assetnya.

Berdasarkan data Infovesta periode 22-31 Mei 2024, kinerja return reksa dana bervariasi. Reksa dana yang mencatatkan return negatif tertinggi yakni reksa dana saham sebesar -2,30%, disusul kinerja reksa dana campuran yang turun -1,17%.

Selanjutnya, disusul oleh indeks reksa dana pendapatan tetap turun sebesar -0,02%. Sementara itu, hanya reksa dana pasar uang yang mencatatkan return positif sebesar +0,11%.

Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan, pasar saham saat ini tengah mengalami tekanan, tecermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 2,70% dalam sepekan ke level 6.947,67 pada Rabu (5/6). Secara year-to-date (ytd), IHSG juga ambles 4,47%.

"Penurunan indeks dipicu setelah Bursa Efek Indonesia [BEI] mengumumkan emiten Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk. [BREN] sebagai salah satu market cap terbesar IHSG masuk ke Papan Pemantauan Khusus full call auction," ujar Wawan dalam kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada Rabu (5/6/2024).

Sebagai pengingat, BEI menjebloskan saham BREN milik konglomerat Prajogo Pangestu ke PPK full call auction pekan lalu, pada Rabu (29/5/2024). Selama sepekan, saham BREN pun ambles 26,67% ke level Rp7.425 per saham pada hari ini, Rabu (5/6).

Selain itu, dari sisi kapitalisasi pasar BREN juga merosot signifikan setelah masuk PPK full call auction. Padahal, sebelumnya saham BREN sempat memiliki kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa, bahkan menyalip BBCA milik Hartono bersaudara.

Adapun, IHSG juga tertekan oleh aksi jual investor asing. Pada Rabu (5/6) asing melakukan net sell sebesar Rp567,65 miliar, dan secara ytd aksi jual asing tercatat sebesar Rp7,1 triliun.

Beralih ke pasar obligasi, Infovesta Government Bond Index turun -0,01% ke level 10.237 poin. Sejalan dengan yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun naik sebesar 8,7 bps ke level 7,03% dan yield US Treasury10 tahun naik 5,2 bps ke level 4,50%.

Menurut Wawan, pasar obligasi masih dipengaruhi sentimen kebijakan Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed. Sejauh ini, The Fed masih menahan suku bunga di level 5,25%-5,5%.

"Ekspektasi pasar terkait potensi penurunan suku bunga The Fed mulai bergeser dari semula pada September menjadi ke November 2024," pungkas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper