Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan PT Indofarma Tbk. (INAF) dan anak usaha PT Indofarma Global Medika terlibat aktivitas berindikasi fraud, seperti transaksi fiktif, pinjaman online, hingga mempercantik laporan keuangan.
Melansir Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2023 yang dirilis BPK, aktivitas itu meliputi transaksi jual beli fiktif pada unit bisnis Fast Moving Consumer Goods (FMCG), serta penempatan dana deposito atas nama pribadi di Koperasi Simpan Pinjam Nusantara.
Selain itu, BPK menemukan INAF melakukan pinjaman online atau pinjol, menggunakan dana restitusi pajak untuk kepentingan di luar perusahaan, hingga menggadaikan deposito kepada PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) untuk kepentingan pihak lain.
Perseroan juga menggunakan kartu kredit perusahaan untuk kepentingan pribadi, melakukan windows dressing laporan keuangan, sampai membayar asuransi purnajabatan dengan jumlah melebihi ketentuan yang berlaku.
“Permasalahan tersebut mengakibatkan indikasi kerugian sebesar Rp278,42 miliar dan potensi kerugian sebesar Rp18,26 miliar atas beban pajak dari penjualan fiktif FMCG,” tulis laporan BPK yang dikutip pada Selasa (4/6/2024).
Tak cuma itu, BPK juga menemukan Indofarma melakukan pengadaan alat kesehatan tanpa studi kelayakan dan penjualan tanpa analisa kemampuan keuangan pelanggan, yang mengakibatkan indikasi kerugian sebesar Rp16,35 miliar dan potensi kerugian sebesar Rp146,57 miliar.
Baca Juga
“Antara lain, pengadaan serta penjualan teleCTG, masker, PCR, rapid test, dan isolation transportation yang mengakibatkan indikasi kerugian sebesar Rp16,35 miliar serta potensi kerugian sebesar Rp146,57 miliar,” tulis laporan IHPS.
Potensi kerugian sebanyak Rp146,57 miliar tersebut berasal dari piutang macet sebesar Rp122,93 miliar dan persediaan yang tidak dapat terjual senilai Rp23,64 miliar.
Sebelumnya, Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), menyatakan kunci masalah keuangan INAF bermula akibat pengelolaan inventory Covid-19 yang tidak cukup baik.
Kondisi tersebut dikarenakan INAF salah memperhitungkan kapan Covid-19 berakhir. Akibatnya, banyak belanja bahan mentah yang tidak bisa terjual ketika pandemi usai.
“Sehingga menjadi beban bagi kinerja INAF. Hal ini diluar penyelewengan keuangan yang dikerjakan anak perusahaan Indofarma Global Medika,” tuturnya kepada Bisnis.
Toto memandang bahwa di masa-masa mendatang, posisi INAF untuk fokus pada produk obat generik dan alat kesehatan seharusnya bisa membuat kinerja perseroan bertumbuh. Apalagi, permintaan dari captive market juga tersedia.
“Jadi, transformasi perusahaan perlu dilaksanakan lebih serius. Terutama, aspek pengelolaan inti bisnis serta pengelolaan risiko secara lebih baik. Selain itu, pengawasan oleh dewan komisaris juga perlu diperkuat” pungkasnya.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.