Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Jumat (31/5/2024). Kenaikan IHSG tersengat oleh saham-saham bank jumbo seperti BBRI, BBCA dan BMRI yang menguat.
Mengacu data RTI Business pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 0,65% atau 45,53 poin ke level 7.079,68 pada awal perdagangan hari ini. IHSG bergerak pada rentang 7.072 hingga 7.083 di awal sesi.
Tercatat, 185 saham menguat, 124 saham melemah, dan 161 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp12.095 triliun.
Dari jajaran saham berkapitalisasi pasar besar atau big cap, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menguat 2,13% ke level Rp6.000. Disusul saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang naik 1,39% ke Rp9.125 per saham.
Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menguat 1,37% ke Rp4.440 per saham. Disusul PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang menguat 1,11% ke level Rp4.540 per saham.
Saham-saham perbankan tersebut kompak menguat pada awal perdagangan hari ini, setelah parkir di zona merah selama beberapa hari kemarin.
Baca Juga
Di lain sisi, saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) milik taipan Low Tuck Kwong melemah 0,96% ke Rp18.025. Sementara itu saham Prajogo Pangestu BREN stagnan di level Rp9.125, sedangkan TPIA naik 0,82% ke Rp9.225.
Dari jajaran top gainers, PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk. (OLIV) naik 25%, sedangkan dari jajaran top losers, PT Jaya Trishindo Tbk. (HELI) turun 20,72% ke Rp176 per saham.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan IHSG hari ini Jumat (31/5/2024) diprediksi bergerak mixed dalam range 7.000-7.063.
Sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, secara month to date (mtd) IHSG terkoreksi 2,76% pada Kamis (30/5/2024). Pelemahan tersebut mencerminkan performa mata uang rupiah yang terdepresiasi 1,9% dari nilai terendahnya pada Mei 2024.
Aksi outflow investor asing yang cukup masif dari awal April 2024 juga memberikan tekanan pada IHSG. Volatilitas pergerakan pasar saham di pekan terakhir Mei 2024 membuat pelaku pasar wait and see," ujar Ratih dalam riset.
Dari mancanegara, Wall Street terkoreksi setelah salah satu saham teknologi terbesar (salesforce) turun ke level terendah dalam 20 tahun terakhir.
Salesforce, melaporkan penurunan pendapatan dan laba yang lebih rendah dibandingkan perkiraan analis pada kuartal I/2024. Performa tersebut direspons oleh terkoreksinya saham Salesforce hingga -19,86%.
Sementara itu dari Asia, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi kenaikan pertumbuhan ekonomi China pada 2024-2025. Optimisme tersebut seiring dengan perbaikan pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya dan kebijakan yang mendukung ekonomi kembali ekspansif.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.