Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau melemah menjelang rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) dan data inflasi, sedangkan harga batu bara ditutup variatif dan CPO menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,01% ke level 2.337,91 pada perdagangan Kamis (30/5/2024) pada pukul 06.42 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,17% ke level US$2.360,10 per troy ounce pada pukul 06.32 WIB.
Mengutip Reuters pada Selasa (28/5), Kepala strategi komoditas di TD Securities Bart Melek mengatakan bahwa pihaknya masih berpandangan optimistis pada emas. Ambiguitas kebijakan Federal Reserve (The Fed) dinilai berpotensi menghambat kenaikan harga emas.
Baca Juga : Kisi-kisi Harga Batu Bara pada Semester II/2024 |
---|
Kini para pedagang sedang fokus pada indeks harga pengeluaran pribadi (PCE) inti AS yang akan dirilis pada Jumat pekan ini (31/5). Mereka juga memperkirakan sebesar 63% penurunan suku bunga The Fed pada November 2024.
“Harga emas kemungkinan akan tetap didukung oleh permintaan beli saat turun dan diversifikasi bank sentral,” jelas kepala strategi pasar komoditas di Bank of China International Amelia Xiao Fu.
Permintaan emas dari bank sentral global juga telah meningkat selama dua tahun karena diversifikasi cadangan mata uang asing. Pada malam hari ini (30/5) diketahui juga bahwa AS akan merilis data PDB pada kuartal I/2024.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup tidak berubah, yang sebelumnya melemah 0,28% ke level US$142,40 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (28/5). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 menguat 0,07% ke US$142,10 per metrik ton.
Kenaikan permintaan batu bara Indonesia dari China akan menjadi kunci stabil komoditas ini pada paruh kedua 2024. Hal ini karena China meneruskan pengalihan sumber pasokan batu baranya dari Australia ke Rusia dan Indonesia.
Dalam dokumen riset khusus yang diterima Bisnis.com pada Rabu (29/5) Analis Industri Bloomberg Intelligence Kevin Ng mengatakan bahwa harga batu bara termal dalam negeri diperkirakan stabil pada paruh kedua tahun ini, setelah mengalami penurunan signifikan pada tahun lalu.
Permintaan batu bara termal di India juga diperkirakan dapat menambah dukungan harga. Pergerakan harga yang lebih tinggi berpotensi memicu penurunan suku bunga Negeri Paman Sam dan stimulus batu di China.
Di lain sisi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mendorong pemerataan dan keberlanjutan pasokan gas seluruh daerah untuk menopang kegiatan hilirisasi mineral.
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Indonesia Carmelita Hartoto berharap smelter-smelter mineral mendatang dapat mengadopsi gas sebagai sumber energi alternatif, di mana pada saat ini masih mengandalkan batu bara.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Rabu (30/5) kontrak Agustus 2024 menguat 73 poin ke 4.033 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juni 2024 ditutup menguat 82 poin menjadi 4.033 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, seorang dealer berpendapat bahwa kontrak berjangka CPO berakhir lebih tinggi pada Rabu (29/5) karena prospek ekspor yang lebih kuat sehingga mengangkat sentimen di pasar.
Namun, pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang dapat memberikan tekanan pada harga. Pihaknya juga melihat dukungan di RM3.900 per ton dan resistensi berikutnya kemungkinan di RM4.080 per ton.
“Intertek Testing Services memperkirakan adanya peningkatan sebesar 2,41% dari bulan ke bulan untuk ekspor minyak sawit Malaysia pada tanggal 1-25 Mei 2024,” jelasnya.
Kemudian, kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani mengatakan momentum bullish di kontrak berjangka palm olein dan kedelai Dalian selama jam Asia dan Chicago Board of Trade (CBOT) juga mendukung harga.