Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendidih Efek Kenaikan Tensi Geopolitik dan Jelang Pertemuan OPEC+

Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2024 juga menguat 1,33% atau 1,03 poin ke level US$78,75 per barel pada pukul 07.15 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyusul kematian seorang tentara Mesir dalam bentrokan dengan pasukan Israel. 

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak minyak mentah Brent pada perdagangan Selasa (28/5/2024) untuk pengiriman Juli 2024 menguat 0,04% atau 0,03 poin ke level US$83,13 per barel pada pukul 07.15 WIB.  

Minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2024 juga menguat 1,33% atau 1,03 poin ke level US$78,75 per barel pada pukul 07.15 WIB. 

Harga minyak mentah WTI naik sekitar 1% menjadi US$79 per barel dari penutupan Jumat (24/5), tanpa penutupan harga resmi pada Senin (27/5) karena hari libur Memorial Day di AS. Kemudian, minyak mentah Brent diperdagangkan mendekati US$83 per barel. 

Militer Mesir mengonfirmasi bahwa seorang penjaga perbatasan tewas di penyeberangan Rafah menuju Gaza pada Senin (27/5), sehingga dapat meningkatkan ketegangan dengan Israel. 

Kemudian, harga minyak naik tahun ini karena risiko geopolitik yang terus-menerus dan pemotongan produksi sekitar 2 juta barel per hari oleh OPEC+, yang diperkirakan akan diperpanjang hingga paruh kedua tahun ini.

Investor juga menantikan data permintaan bahan bakar AS pasca libur Memorial Day, yang biasanya menandai dimulainya musim perjalanan musim panas di Negeri Paman Sam. 

Sebelumnya, mengutip Reuters, minyak mentah Brent telah menurun 2% pada pekan lalu dan WTI hampir sebesar 3% setelah risalah Federal Reserve (The Fed) menunjukkan bahwa beberapa pejabat bersedia menaikkan suku bunga lebih lanjut, jika dianggap perlu untuk mengendalikan inflasi yang sangat tinggi. 

“Sentimen di sektor minyak, menjadi gelisah karena investor terus-menerus mengkalibrasi ulang ekspektasi terhadap arah kebijakan moneter Federal Reserve,” jelas pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights, Vandana Hari. 

Data terbaru yang berasal dari negara-negara Barat juga telah mengubah ekspektasi penurunan suku bunga, tergantung pada geografi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg, Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper