Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak di Antara Ancaman Surplus dan Tren Kenaikan Musim Panas

Harga minyak mentah terancam surplus hingga 2026 saat OPEC+ dan produksi luar OPEC+ diprediksi menambah pasokan.
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar minyak mentah tengah diguncang oleh tarik-menarik antara kondisi saat ini dan ancaman di masa depan.

Di satu sisi, harga minyak bertahan di kisaran US$70 per barel. Di sisi lain, peringatan soal kelebihan pasokan yang dapat melemahkan pasar hingga 2026 semakin nyaring terdengar.

Melansir Bloomberg, Senin, (28/7/2025), TotalEnergies SE dari Prancis baru-baru ini menyampaikan peringatan bahwa pasar akan dibanjiri pasokan seiring pelonggaran pengurangan produksi oleh OPEC+.

Equinor ASA dari Norwegia juga melaporkan bahwa ladang Johan Castberg kini beroperasi penuh, sementara proyek minyak lepas pantai Brasil akan segera berkontribusi — pertanda bahwa pasokan dari luar OPEC+ juga akan bertambah.

Bulan ini, Badan Energi Internasional (IEA) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) secara signifikan merevisi naik proyeksi surplus untuk tahun depan. Kedua lembaga memperkirakan pasokan akan melampaui permintaan secara mencolok, dengan IEA memperkirakan kelebihan hingga 2 juta barel per hari — tertinggi sejak masa pandemi.

Surplus ini, jika terealisasi, bisa mendorong penurunan harga minyak global, meredam inflasi, dan menguntungkan Presiden AS Donald Trump yang sejak awal pemerintahannya menyerukan harga energi yang lebih rendah.

Namun realitas pasar saat ini menunjukkan gambaran berbeda. Persediaan minyak di pusat-pusat penyimpanan utama masih rendah, tercermin dalam struktur pasar yang bullish. Margin keuntungan dari pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar pun tetap jauh di atas rata-rata musiman, menandakan permintaan masih kuat.

Adapun sepanjang pekan lalu, harga minyak mentah patokan Brent melemah 1,45% dan ditutup di posisi US$67,47 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 1,72% dalam sepekan ke level US$64 per barel.

Kepala Riset Komoditas dan Derivatif Bank of America Francisco Blanch mengatakan musim panas secara historis memang menopang harga minyak, namun tekanan terhadap harga diperkirakan masih akan datang.

“Namun di paruh kedua tahun ini, surplus bisa mendekati 200 juta barel, sehingga tekanan akan segera datang,” jelasnya.

Meski revisi IEA banyak difokuskan pada tambahan produksi dari OPEC+, ada pula faktor lain yang diperhitungkan. Proyeksi pasokan biofuel — yang bersaing dengan minyak konvensional — naik 200.000 barel per hari dibanding estimasi dua bulan lalu.

Pemerintah AS kini memproyeksikan lonjakan pasokan global sebesar 2,1 juta barel per hari dari kuartal I ke kuartal IV tahun ini — kenaikan terbesar sejak Februari. Proyeksi dari IEA dan EIA menjadi acuan penting bagi pelaku pasar dalam memetakan arah pergerakan harga.

Untuk saat ini, permintaan global tampak masih solid. Vitol Group, salah satu pedagang minyak terbesar dunia, menyebut permintaan bahan bakar jet terus meningkat seiring lonjakan jumlah penerbangan global.

Di AS, data mingguan permintaan minyak juga berada di titik tertinggi tahun ini, dan empat dari lima data bulanan terakhir mengalami revisi naik.

Meskipun ketegangan dagang global bisa mengganggu permintaan, tren historis menunjukkan bahwa perkiraan konsumsi seringkali direvisi ke atas. Dari 2012 hingga 2024 (dengan pengecualian tahun 2020 akibat pandemi), proyeksi permintaan IEA rata-rata naik 500.000 barel per hari setelah data lengkap dirilis.

Kepala Strategi Komoditas Global JPMorgan Chase & Co. Natasha Kaneva mengatakan saat efek musim panas memudar, surplus global diperkirakan akan mulai terlihat dan pasokan akan terus bertambah.

“Cepat atau lambat, akumulasi persediaan akan mulai tampak di negara-negara OECD seperti AS. Pasar belum memperhitungkan risiko ini,” ungkap Kaneva.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro