Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tampak mengkilap setelah mencapai titik terendah dalam dua minggu di sesi sebelumnya, sedangkan crude palm oil (CPO) ditutup melemah karena adanya peningkatan produksi beberapa minggu mendatang.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot telah menguat 0,06% ke level 2.352,37 pada perdagangan Selasa (28/5/2024) pada pukul 06.45 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 menguat 0,80% ke level US$2.375,70 per troy ounce pada pukul 06.34 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas naik 1% pada Senin (27/5) setelah mencapai titik terendah dalam dua minggu di sesi sebelumnya. Hal ini terjadi karena investor menilai kurangnya taruhan penurunan suku bunga AS menjelang laporan inflasi utama yang dirilis pada minggu ini.
"Emas terpuruk karena komentar yang lebih hawkish dari pejabat Fed dan data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan, dengan pelaku pasar kembali mengubah waktu penurunan suku bunga pertama The Fed," jelas analis UBS Giovanni Staunovo.
Kemudian, para pejabat The Fed juga mengindikasikan bahwa mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya, agar inflasi dapat menurun mencapai 2%.
Baca Juga
Para investor kini juga menunggu pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) April 2024, yakni ukuran inflasi pilihan bank sentral AS yang akan dirilis pada Jumat (31/5) waktu setempat.
“Kami memperkirakan harga emas akan tetap berfluktuasi, dan penurunan harga tidak terlalu dalam, menargetkan harga emas akan menguji rekor tertinggi baru pada akhir tahun ini,” kata Staunovo dari UBS.
Adapun, sebagian pasar di Amerika Serikat (AS) juga tutup untuk hari libur Memorial Day.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Senin (27/5) kontrak Agustus 2024 melemah 13 poin ke 3.872 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah 8 poin menjadi 3.864 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, menurut pedagang minyak sawit David Ng, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia berakhir lebih rendah pada Senin (27/5) karena adanya peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini kemudian memberikan tekanan pada harga.
“Kami melihat harga didukung dengan baik di atas RM3.800 per ton dengan resistensi terlihat di RM3.950 per ton,” jelasnya.
Sementara itu, analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics Sathia Varqa menuturkan bahwa peningkatan produksi minyak sawit selama dua bulan berturut-turut dan peningkatan ekspor akan mempengaruhi harga CPO.
Varqa menuturkan bahwa menurut Intertek Testing Services (ITS), ekspor minyak sawit Malaysia periode 1-25 Mei 2024 dibandingkan 1-25 April 2024 meningkat 2,41% menjadie 1,13 juta ton, dari 1,10 juta ton.
“Sementara AmSpec memperkirakan ekspor minyak sawit naik 3,12% menjadi 1,07 juta ton, dari perkiraan ekspor minyak sawit masing-masing periode 1-25 April 2024,” tuturnya.