Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Berpeluang Rebound Pekan Depan Berkat Bargain Hunting

Pelemahan harga emas sepekan terakhir diperkirakan memicu aksi bargain hunting, sehingga menahan laju penurunan harga logam mulia.
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mengalami pelemahan dalam sepekan terakhir, harga emas diproyeksikan memiliki potensi rebound berkat aksi bargain hunting pada pekan depan.  

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,25% ke level US$2,334,23 per troy ounce pada Jumat (24/5/2024). Meski demikian, harga emas melemah 3,33% setelah menyentuh rekor sepanjang masa di US$2.449,89.

Sementara itu, harga emas berjangka Comex kontrak Agustus 2024 ditutup melemah 0,12% ke level US$2.356,9 per troy ounce. Selama sepekan perdagangan, harga emas Comex tercatat melemah 3,42%. 

Analis Komoditas Lukman Leong menjelaskan penurunan harga emas disebabkan aksi profit taking dan sell off oleh pernyataan hawkish pejabat The Fed. Sentimen utama masih berasal dari data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan konflik di Timur Tengah. 

Kendati demikian, Lukman menyatakan harga emas selama pekan depan memiliki peluang untuk memantul kembali alias rebound karena tersulut aksi bargain hunting

“Dengan absennya data penting dari AS pada pekan depan, emas berpotensi rebound oleh aksi bargain hunting,” ujar Lukman kepada Bisnis pada Minggu (26/5/2024). Bargain hunting adalah berburu aset atau instrumen di saat harga sedang murah.

Dia menyampaikan satu-satunya data ekonomi penting pada pekan depan adalah inflasi personal consumption expenditure (PCE) AS, yang diperkirakan menurun. Dengan demikian, harga emas diproyeksikan bergerak di rentang US$2.300 hingga US$2.400. 

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan, pelemahan harga emas dari level tertingginya diakibatkan oleh kekhawatiran terhadap potensi peningkatan suku bunga acuan oleh Federal Reserve atau The Fed.

Ibrahim menyatakan The Fed kemungkinan mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lebih lama dalam menghadapi inflasi. Bank sentral juga memiliki keyakinan terbatas untuk mencapai target inflasi tahunan di level 2% dalam jangka pendek. 

“Tanda-tanda bank sentral AS masih akan mempertahankan suku bunga tinggi, kemungkinan memudarkan harga emas seperti juga menguatnya dolar dan imbal hasil treasury AS,” ujarnya. 

---------------------------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper