Bisnis.com, JAKARTA – Analis tidak merekomendasikan investor untuk membeli saham anak usaha BUMN Karya. Buruknya kinerja keuangan menjadi alasan utama.
Hingga Jumat (17/5/2024), harga saham anak usaha BUMN Karya, yakni WEGE, WTON, ADCP, WSBP, PPRO, dan PPRE berada di bawah level Rp100. Saham WSBP dan PPRO bahkan disematkan notasi khusus oleh Bursa Efek Indonesia.
Selama setahun terakhir, kinerja saham keenam emiten ini juga bertahan di zona merah. Saham PPRO terkoreksi paling dalam yakni 78% menuju level Rp11 per saham. Adapun saham WSBP merosot 77,78% dalam satu tahun terakhir ke posisi Rp14 per lembar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa saham anak usaha BUMN Karya tidak cukup menarik untuk dilirik karena fundamental keuangan perusahaan masih di jalur negatif.
“Saham-saham [anak BUMN Karya] not rated semua karena pergerakannya tidak likuid, kinerja negatif terjadi dan ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun,” ujar Nafan, Jumat (17/5/2024).
Nafan memaparkan bahwa kondisi tersebut bertalian erat dengan arus kas negatif yang dihadapi anak usaha BUMN Karya. Kenaikan anggaran infrastruktur pada tahun ini juga dinilai tidak memberikan dorongan signifikan bagi keuangan perusahaan.
Baca Juga
Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas juga memandang bahwa prospek saham anak usaha BUMN Karya belum memperlihatkan adanya peluang perbaikan ke depan.
“Namun, paling tidak sampai akhir tahun, tidak menutup kemungkinan peluang untuk rebound karena kondisi harga sudah turun dalam dan membuat jenuh jual,” kata Sukarno.
Di sisi lain, dia menyatakan anggaran infrastruktur yang naik menjadi Rp422,7 triliun pada 2024 berpeluang memberikan sedikit dampak positif bagi kinerja anak usaha BUMN Karya.
Sukarno pun melihat masih ada saham anak BUMN Karya yang dapat dicermati, meskipun kinerja laba bersih tergerus dan valuasi sudah undervalued. Mereka adalah WEGE dan WTON. Kendati demikian, investor tetap diminta menunggu adanya sinyal positif.
“Saran untuk investor boleh menunggu sinyal positif sudah muncul jelas untuk bisa kembali transisi uptrend, atau bisa berharap akumulasi beli pada saham tersebut,” ujarnya.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), menambahkan sektor infrastruktur memiliki prospek kurang cerah pada tahun ini karena masih memiliki segudang pekerjaan rumah.
“Di sektor infrastruktur masih kusut. Mereka harus segera bereskan pekerjaan rumah besar yakni restrukturisasi secara fundamental,” ucapnya.
Berikut gerak saham anak usaha BUMN Karya selama satu tahun terakhir:
EMITEN | HARGA SAHAM | PERUBAHAN |
---|---|---|
PPRO | 11 | -78% |
WSBP | 14 | -77,78% |
WTON | 75 | -54,82% |
WEGE | 70 | -48,53% |
PPRE | 68 | -41,88% |
ADCP | 50 | -18,53% |
---------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.