Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Naik ke Rp16.083, Dolar AS Lesu

Rupiah dibuka naik ke posisi Rp16.083 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/5/2024). Adapun indeks dolar AS terpantau turun 0,03% ke level 104,86.
Rupiah dibuka naik ke posisi Rp16.083 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/5/2024). Adapun indeks dolar AS terpantau turun 0,03% ke level 104,86. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah dibuka naik ke posisi Rp16.083 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/5/2024). Adapun indeks dolar AS terpantau turun 0,03% ke level 104,86. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka naik ke posisi Rp16.083 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/5/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka naik 0,10% atau 16 poin ke posisi Rp16.083 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS terpantau turun 0,03% ke level 104,86.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,01%, dolar Hong Kong dan Singapura menguat masing-masing 0,01% dan 0,04%. Won Korea naik 0,48%, peso Filipina menguat 0,25%, rupee India menguat 0,02%, ringgit Malaysia naik 0,23% dan baht Thailand menguat 0,10%.

Hanya yuan China yang melemah sebesar 0,01% terhadap dolar AS.

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, Rabu (15/5/2024) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.090 - Rp16.150 per dolar AS.

Ibrahim menyebut dolar AS menguat sedikit pada hari Senin, berkonsolidasi setelah perubahan baru-baru ini karena fokus beralih ke data inflasi AS yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.

“Para analis memperkirakan laporan CPI yang penting pada hari Rabu akan menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 3,6% dari tahun ke tahun, yang akan menjadi kenaikan terkecil dalam tiga tahun terakhir,” kata dia dalam riset harian, dikutip Rabu (15/5/2024).

Kedua data tersebut kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS, setelah data inflasi yang terlalu panas sepanjang kuartal pertama membuat pasar sebagian besar tidak memperhitungkan sebagian besar spekulasi penurunan suku bunga tahun. ini.

Selain itu, pasar gelisah terhadap Tiongkok setelah pengembang properti besar lainnya, dalam hal ini Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya. Gagal bayar ini sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di Tiongkok, serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan (US$138 miliar).

Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan menyusut dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya, berada di kisaran US$3,5 miliar hingga US$4 miliar. Penyebabnya memperkirakan kinerja baik ekspor maupun impor akan mengalami penurunan pada April 2024.

Surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena adanya libur Lebaran. Lebih lanjut, penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper