Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah faktor menjadi pemicu kaburnya investor asing dari pasar modal Indonesia, mulai dari ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, depresiasi rupiah terhadap dolar AS, hingga pertumbuhan earning per share (EPS) emerging market.
Berdasarkan data RTI Business per Selasa (14/5/2024) secara year to date, asing mencatatkan net sell atau jual bersih sebesar Rp523,02 miliar. Dalam satu bulan perdagangan, net sell tercatat sebesar Rp23,51 triliun.
Adapun untuk saham-saham yang paling banyak di lego asing dalam 20 hari perdagangan terakhir yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI).
Kepala Divisi Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan terdapat tiga pemicu outflow yang terjadi, yaitu perubahan ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga, pelemahan nilai tukar rupiah yang volatil, serta earnings growth IHSG saat ini.
“Penyesuaian ekspektasi pasar terhadap potensi pertumbuhan di IHSG terutama di saham bigcaps,” kata Joezer dalam acara Mandiri Macro and Market Brief, Selasa (14/5/2024).
Joezer mengungkapkan jika secara valuasi, IHSG saat ini masih tergolong murah. Namun, faktor-faktor tersebut dan strategi investasi pasar menjadi salah satu pemicu net sell.
Baca Juga
Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed juga berubah di mana pada awalnya pasar menyebut penurunan kemungkinan terjadi sebanyak 3 kali, namun berubah menjadi hanya 1 atau 25 basis poin di akhir tahun.
Faktor kedua adalah mengenai rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir bergerak volatil. Meski demikian, harga komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit yang mulai mengalami perbaikan diharapkan dapat menekan volatilitas dari sisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
‘Terakhir mungkin mengenai growth-nya. Jadi kalau kita lihat dari sisi growth, kita melihat memang meskipun valuasi masih tergolong sudah murah di level sekarang. Tapi kita melihat mungkin growth ini akan cukup challenging,” sebut Joezer.
Sejalan dengan hal itu, Joezer mengungkapkan investor harusnya sudah dapat mulai masuk ke pasar saham. Hal ini karena terdapat ekspektasi pemangkasan suku bunga setidaknya di kuartal IV/2024.
“Tapi antara sektor sendiri saya expect mungkin dalam 3-6 bulan ke depan mungkin ring growth yang lebih akselerasi ada di sektor yang non perbankan ya,” kata dia.