Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau naik dan turun menjelang rilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS). Harga batu bara juga bervariatif dan crude palm oil (CPO) melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah -0,38% pada level US$144,40 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (10/5/2024), mencatatkan pelemahan -0,52% dalam sepekan.
Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 menguat 0,03% ke US$144 per metrik ton. Kontrak ini telah melemah -1,10% dalam sepekan.
Mengutip Bigmint, total lalu lintas batu bara India, termasuk kokas dan non-kokas, yang ditangani dipelabuhan India mencapai sebesar 31,28 juta metrik ton pada April 2024, meningkat 2% secara bulanan, dari bulan sebelumnya yang mencatatkan sebesar 30,52 metrik ton.
Nantinya, pembangkit listrik berbasis batu bara yang diimpor akan beroperasi dengan kapasitas penuh hingga pertengahan Oktober 2024. Hal ini mengakibatkan impor dan lalu lintas pelabuhan yang meningkat.
Stok batu bara juga diperkirakan meningkat dalam minggu mendatang, karena antisipasi lonjakan permintaan batu bara termal di India. Periode ini menandakan dimulainya penyimpanan oleh pembeli untuk musim hujan yang akan datang.
Baca Juga
Selain itu, pemerintah India telah memperpanjang mandat impor pembangkit listrik berbasis batu bara untuk beroperasi dengan kapasitas penuh hingga 15 Oktober 2024, lantaran memperkirakan tingginya permintaan listrik selama musim panas dan gelombang panas.
Harga Emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,02% ke level 2.360,89 pada pukul 6.39 WIB. Sebelumnya emas di pasar spot mencatatkan penguatan 2,51% dalam sepekan pada minggu lalu.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 melemah -0,32% ke level US$2.367,40 per troy ounce, dan sebelumnya telah menguat 2,88% pada pekan lalu.
Mengutip FX Empire, harga emas telah melonjak pada pekan lalu, menandakan kinerja terkuatnya sejak awal April 2024. Peningkatan ini terjadi karena adanya perkembangan indikator ekonomi dan spekulasi mengenai perubahan kebijakan moneter AS.
Pemicu kenaikan tajam harga emas adalah kenaikan tak terduga dalam klaim pengangguran AS, dikombinasikan dengan data nonfarm payroll yang mengecewakan.
Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada awal September 2024 untuk menstimulasi ekonomi.
Pasar emas bersiap menghadapi volatilitas lebih lanjut minggu ini karena para pedagang dan investor menunggu rilis data inflasi pada April 2024. Jika inflasi lebih dingin dari perkiraan, atau jika angka ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan lebih lanjut di pasar kerja, emas bisa mengalami kenaikan.
Namun, jika data inflasi tetap tinggi atau melebihi ekspektasi, The Fed mungkin memilih untuk menunda penurunan suku bunga yang berpotensi menghambat momentum kenaikan emas.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Jumat (10/5) kontrak Juli 2024 melemah -21 poin ke 3.810 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia, mencatatkan pelemahan sebesar -0,91% dalam sepekan.
Kemudian, kontrak Mei 2024 juga ditutup melemah -76 poin menjadi 3.847 ringgit per ton, melemah -0,95% dalam sepekan.
Mengutip Bernama, seorang pedagang mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO diprediksi akan diperdagangkan sideways dengan bias bearish. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan produksi dan permintaan yang menurun.
Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa permintaan diperkirakan akan melemah setelah musim pasca-festival yang berakhir pada minggu ini. Pihaknya juga meyakini bahwa harga pada minggu depan berkisar antara RM3.750 per ton dan RM3.950 per ton.
Selain itu, pedagang minyak sawit senior Interband Group of Companies Jim Teh menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO diperkirakan diperdagangkan antara RM3.600 per ton dan RM3.800 per ton.
“Stok di Malaysia dan Indonesia masih banyak dengan permintaan dari China, India, Pakistan, dan negara-negara Timur Tengah,” tuturnya.