Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi soal kondisi PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) yang mengalami kerugian selama 4 tahun berturut-turut hingga akhirnya terpaksa menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi intens dengan jajaran direksi dan komisaris BATA untuk melakukan dengar pendapat terkait keberlanjutan perseroan ke depan.
"Intinya, kami sudah komunikasi intens dengan mereka [BATA], termasuk dengar pendapat. Namun, ditunggu informasinya karena pada saat ini mereka pun menyusun tanggapan dari kami yang dapat disampaikan kepada publik," ujar Nyoman ditemui di Gedung BEI pada Rabu (8/5/2024).
Nyoman mengatakan, manajemen BATA dalam beberapa hari ke depan akan memberikan klarifikasi kepada publik terkait kondisi terkini perseroan melalui keterbukaan informasi di laman resmi BEI.
"Tentu menjadi perhatian kami terkait dengan going concern dari perusahaan, apalagi yang mencakup jaminan perlindungan dari karyawannya. Lalu, kontribusi yang kami harapkan kembali pada perekonomian juga signifikan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabrik sepatunya yang berlokasi di Purwakarta per 30 April 2024 lalu. Tutupnya pabrik sepatu BATA dikarenakan kerugian selama 4 tahun terakhir.
Baca Juga
Corporate Secretary BATA, Hatta Tutuko mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya, namun kerugian dan tantangan industri akibat pandemi hingga perubahan perilaku konsumen terlampau cepat hingga tak mampu dibendung.
"Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun," kata Hatta, dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (4/5/2024).
Bahkan, Hatta menerangkan bahwa kapasitas produksi di pabrik tersebut jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Tanah Air. "Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," tutur Hatta.
Menilik laporan keuangan per 31 Desember 2023, BATA membukukan rugi bersih sebesar Rp190,28 miliar. Rugi itu membengkak hampir 80% dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp105,91 miliar.
Salah satu penyebab kerugian BATA karena utang jangka pendek yang membengkak atau hampir 50% dari total pendapatan perseroan. Liabilitas jangka pendek BATA tercatat sebesar Rp389,56 miliar per akhir 2023, sedangkan liabilitas jangka panjang sebesar Rp64,82 miliar.
Alhasil, total liabilitas tercatat sebesar Rp454,38 miliar, atau naik 12,38% dari posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp404,3 miliar. Sementara itu, ekuitas BATA merosot 58,92% menjadi Rp131,35 miliar, dibandingkan akhir 2022 sebesar Rp319,76 miliar.
Jika dihitung rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) BATA mencapai 345,93%, sedangkan perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah 100%.