Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) membukukan rugi bersih periode berjalan sebesar Rp939,55 miliar pada kuartal I/2024.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Maret lalu, dikutip Jumat (3/5/2024) rugi bersih tersebut naik 150,59% jika dibandingkan kuartal pertama 2023 yang mencapai Rp374,93 miliar.
Salah satu faktor yang membuat kerugian Waskita semakin membengkak adalah meningkatnya beban keuangan yang melesat 56,17% secara tahunan menjadi Rp1,09 triliun.
Selain itu, pendapatan usaha perseroan juga mencatatkan penurunan sebesar 20,38% year-on-year (YoY), dari posisi Rp2,73 triliun menjadi Rp2,17 triliun pada kuartal I/2024.
Pendapatan Waskita disumbang oleh segmen jasa konstruksi sebesar Rp1,48 triliun, turun 35,31% YoY. Adapun penjualan precast tumbuh 250,74% YoY menjadi Rp364,7 miliar, sementara pendapatan jalan tol naik 1,75% YoY ke Rp248,66 miliar.
Di tengah turunnya pendapatan, Waskita menorehkan beban pokok pendapatan menjadi Rp1,86 triliun atau turun 20,17% YoY. Alhasil perseroan meraih laba kotor Rp316,78 miliar pada kuartal I/2024 atau terkoreksi 20,89% YoY.
Baca Juga
Manajemen Waskita Karya menyatakan terus berkomitmen memperkuat tata kelola perusahaan secara baik dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang komprehensif dan berkelanjutan.
SVP Corporate Secretary Waskita Ermy Puspa Yunita mengatakan penerapan GCG berlandaskan pada lima prinsip dasar, yakni transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran.
Untuk memuluskan komitmen tersebut, Waskita bekerja sama dengan Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pendampingan setiap aksi korporasi turut dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Jamdatun. Adapun kerja sama penilaian implementasi GCG dilakukan secara berkala oleh BPKP.
Perseroan juga menerapkan code of conduct terkait pelarangan pegawai dan pengurus sebagai mitra bisnis guna menghindari benturan kepentingan, serta memiliki whistle blowing system yang mendeteksi pelanggaran jika terjadi dugaan pelanggaran atas hal tersebut.
Ermy menambahkan Waskita juga melakukan pemutakhiran program transformasi yang mengusung tiga pilar yaitu portofolio dan inovasi, lean, serta digitalisasi untuk mendukung tata kelola perusahaan yang baik.
Terkait portofolio, dia menyatakan Waskita kini sangat selektif dalam memilih proyek, terutama dalam hal kepastian pembayaran, adanya uang dan muka dan bayaran bulanan, serta melalui Komite Manajemen Risiko Konstruksi.
“Dengan langkah tersebut, harapannya proyek yang didapatkan oleh perseroan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu, serta memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan,” kata Ermy dalam keterangan tertulisnya.