Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harapan Gencatan Senjata di Timur Tengah Memudar, Harga Minyak Memanas ke US$90,66

Harga minyak mentah Brent berjangka naik 28 sen menjadi US$90,66 per barel pada pukul 03.30 GMT.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali meningkat seiring dengan memudarnya harapan akan dilakukannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas sebagai hasil dari negosiasi kedua belah pihak.

Melansir Reuters, Selasa (9/4/2024), harga minyak mentah Brent berjangka naik 28 sen menjadi US$90,66 per barel pada pukul 03.30 GMT. Minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), naik 21 sen menjadi US$86,64 per barel.

Sebelumnya, putaran baru diskusi gencatan senjata Israel-Hamas di Kairo telah mengakhiri kenaikan dalam beberapa sesi pada Senin, sehingga harga minyak Brent mengalami penurunan pertama dalam lima sesi dan WTI mengalami penurunan pertama dalam tujuh sesi di tengah prospek dapat berkurangnya risiko geopolitik.

Meski demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa invasi Israel ke Kota Rafah di Gaza telah ditetapkan pada tanggal yang tidak ditentukan. 

“Hal ini mengakhiri harapan pasar bahwa ketegangan geopolitik di wilayah tersebut mungkin akan berkurang,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

Hamas pada Selasa mengatakan bahwa proposal Israel yang diterima dari mediator Qatar dan Mesir tidak memenuhi tuntutan faksi-faksi Palestina. Namun, Hamas mengatakan akan mempelajari proposal tersebut sebelum menanggapi para mediator.

Adapun, pasar terus menimbang risiko gangguan pada suplai minyak. Analis ANZ dalam sebuah catatan klien menilai bahwa tanggapan Iran terhadap dugaan serangan Israel terhadap konsulatnya di Suriah dapat menyeret pasar minyak ke dalam konflik, setelah sebagian besar tidak terpengaruh sejak serangan Hamas terhadap Israel.

Teheran pada pekan lalu juga mengatakan bahwa mereka akan membalaskan serangan udara yang menewaskan dua jenderalnya dan lima penasihat militernya di Damaskus, meskipun Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

"Premi risiko geopolitik yang positif memang mendukung fase tren naik jangka menengah minyak saat ini," kata analis pasar senior di OANDA Singapura Kelvin Wong.

Pada pekan ini, pasar masih akan mengamati data inflasi yang akan dirilis AS dan China untuk mendapatkan sinyal lebih lanjut mengenai arah ekonomi dari dua konsumen minyak terbesar di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper