Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konstruksi pelat merah, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) berencana melikuidasi sejumlah entitas anak yang dinilai tidak potensial untuk dikembangkan dan tak selaras dengan bisnis inti perusahaan.
Direktur Utama PTPP Novel Arsyad mengatakan bahwa saat ini perseroan tengah mengkaji seluruh entitas anak dan afiliasi yang berjumlah 63 perusahaan. Dari jumlah ini, perseroan akan mengkurasi mana saja entitas yang masih potensial dan tidak.
“Clue-nya memang yang sudah sulit kami kembangkan, dan yang sudah kami kaji ada beberapa. Namun, itu adalah langkah strategis kami, baik melalui konsolidasi, divestasi, maupun likuidasi,” ujar Novel di Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Novel menyatakan bahwa langkah tersebut bertujuan memperbaiki performa keuangan PTPP, sekaligus mengembalikan fokus ke inti bisnis perusahaan.
“Jadi supaya kami tidak terbebani di situ [anak usaha], sehingga mana yang bukan core business pasti kami geser, yang bisnisnya tidak bisa dipertahankan sudah pasti dipinggirkan, dan yang bisa dikembangkan pasti akan kami support,” kata Novel.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, salah satu entitas anak yang dirumorkan bakal dilepas adalah PT PP Properti Tbk. (PPRO). Emiten bergerak di sektor properti ini diketahui memiliki masalah keuangan dan sahamnya tengah disuspensi.
Baca Juga
Berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI), perdagangan saham PPRO kembali disuspensi di seluruh pasar, terhitung sejak sesi IV full call auction pada pertengahan Januari 2025 hingga pengumuman lebih lanjut.
Saham PPRO telah digembok BEI sejak 15 Oktober 2024 akibat penundaan pembayaran bunga obligasi yang mencapai Rp4,33 miliar.
Analis Bahana Sekuritas Kevin Jonathan Panjaitan menuturkan PPRO menjadi tantangan bagi PTPP karena penjualan properti yang rendah di tengah kelebihan pasokan apartemen di Indonesia, serta tingginya penggunaan leverage keuangan.
“Ke depan, PTPP berencana mendivestasikan PPRO, meski mencari pembeli akan menjadi tantangan karena kondisi keuangan PPRO dan kelebihan pasokan yang berkelanjutan,” ujarnya dalam riset yang dikutip pada Rabu (15/1/2025).